Mentari semakin naik, tapi lelah badan membuat kedua insan tak mengindahkan sang surya. Mata tetap terpejam dengan saling mendekap memberi rasa hangat. Kenyamanan tak terelakkan.
Sayangnya, akan ada saja yang mengganggu. Suara dering ponsel milik Finn adalah si tersangka. Namun, sang empunya tetap terlelap.
Suara tiada henti justru membuat Sandra terusik. Ia membuka mata perlahan. Sejenak mengerjap.
"Finn," panggil Sandra.
“Hm."
“Ponselmu berbunyi.”
“Biarkan saja.” Baru mau melanjutkan tidur, suara bel terdengar. Mencoba mengabaikan, tetapi tak berhenti.
“Aku buka pintu dulu. Siapa tahu penting.”
Finn mengangguk.
Saat pintu terbuka, langsung saja Diana masuk.
“Finn, sekarang kamu mandi. Turun ke bawah untuk makan. Satu jam lagi kalian berdua sudah harus berada di bandara.” Kemudian, menoleh ke arah Sandra. “Kamu mandi di kamar Mami saja. Biar cepat. Bawa bajumu sekalian, ya.”
Sandra mengangguk patuh. Finn terpaksa bangun.
Diana sengaja membangunkan mereka. Karena takut mereka lupa kalau harus berangkat honeymoon.
***
Berjam-jam lamanya di pesawat, akhirnya tiba di Maldives. Sandra dan Finn sepakat menjadikan tempat tersebut sebagai salah satu tujuan destinasi honeymoon mereka. Menurut keduanya, keromantisan Maldives sangat cocok untuk berbulan madu.
Begitu tiba di resor bertarif satu malam mencapai puluhan juta, Finn dan Sandra istirahat sejenak. Kemudian, makan dan membersihkan diri. CEO itu pun bersiap untuk malam pertama yang belum terjadi.
Finn memandangi wanita yang telah menjadi istrinya dengan penuh minat. Gaun tidur menerawang itu membuatnya langsung merengkuh Sandra erat.
“Seksi dan hot, Baby,” bisik Finn sensual.
“Finn.”
“Hm.”
“Aku ....”
“Takut?”