Hari ini adalah malam Halloween. Semua anak di sekitar rumah Blossom akan berkeliling untuk melakukan trick or treat ke rumah-rumah. Tahun lalu Blossom masih bisa mengikuti suasana Halloween yang meriah di kota kecil yang ia tinggali itu. Tapi malam ini Blossom hanya bisa memandangi setiap anak kecil yang berlarian di sekitar rumahnya melalui kaca jendela kamarnya.
Tangan pucat Blossom meremas surat pemberitahuan yang baru saja ia terima pagi tadi. Sebagai zombie baru, ia dilarang untuk ikut merayakan halloween dan hanya boleh berdiam diri di dalam rumah.
Setiap anak yang akan menginjak usia 16 tahun dan terdaftar sebagai anak zombie, diwajibkan untuk tetap tinggal di dalam rumah selama masa transisi. Meskipun Blossom hanya 'setengah' zombie tapi ia tetap harus menuruti peraturan ini.
Blossom kemudian menganggkat lengan kirinya dan mengamati kulit tangannya yang nampak pucat dengan urat-urat syaraf yang terlihat menyembul di permukaan kulitnya. Kuku jarinya juga tumbuh meruncing dengan sendirinya, membuat Blossom sudah jarang lagi menggaruk kulitnya atau dia akan berakhir dengan bersimbah darah hanya karena ingin menghilangkan rasa gatal.
Sebagai seorang half blood zombie, Blossom berbeda dari zombie yang lain. Ia bukan pemangsa daging manusia atau otak manusia seperti para zombie kebanyakan. Blossom masih makan dan minum seperti ketika ia belum menjadi zombie seutuhnya.
Sejauh ini yang berubah hanya fisiknya saja. Kulitnya yang sudah pucat menjadi bertambah pucat, warna matanya berubah menjadi hijau terang, sesering apapun Blossom mencuci dan menyisir rambutnya, rambutnya akan tetap kucel dan kusut.
Selain itu, ia masih Blossom yang dulu. Yang memang jarang tersenyum dan selalu terlihat dingin. Tak lama ketika ia merasakan bahwa kulit wajahnya mulai terasa kaku dan tak lagi mudah digerakkan, Blossom sama sekali tak merasa terganggu.
Beberapa kali ia sempat mendengar satu dua orang di sekitarnya mengatainya. Mereka mengatakan bahwa semua yang terjadi padanya kini adalah sebuah karma. Karma karena ia jarang tersenyum, sehingga jika suatu hari nanti ia benar-benar berubah menajdi seorang zombie dan urat senyumnya sudah putus, maka Blossom pantas mendapatkannya.
Blossom kemudian melempar gulungan kertas di tangannya itu ke luar jendela. Bermaksud untuk membuang jauh-jauh kertas yang membawa berita buruk untuknya itu.
“AW!!!” suara seorang pria berteriak dari arah luar rumah Blossom mengalihkan perhatian gadis berambut merah itu.
Mendengar suara teriakan yang tak asing di telinganya itu membuat Blossom buru-buru mengeluarkan kepalanya ke luar jendela dan menemukan seorang pria bertubuh tinggi tengah mengusap-usap mata kirinya dengan sedikit terhuyung.
“Dad?” pekik Blossom kaget.
Pria yang merasa terpanggil itu pun langsung mencari arah sumber suara. “Blossom Nightmare! Apa yang sedang kau lakukan? -Aw!”
“Sorry dad!”
Blossom buru-buru menutup jendela kamarnya, berbalik dan setengah berlari menuruni tangga menuju pintu rumahnya. Selama perjalanan menuju pintu depan, Blossom terus meruntuki kebodohannya. Apa yang baru saja ia lakukan?
Bagaimana mungkin ia bisa lupa kalau sekarang ia adalah seorang zombie? Sudah hampir beberapa bulan ini Blossom menyadari kalau tenaganya semakin hari semakin bertambah besar. Semua hal yang ia lakukan dengan ‘perlahan’ akan berakhir dengan kekuatan maksimal. Bahkan ia tak menyangka akan menghancurkan tempat tidurnya sendiri hanya karena lupa mengatur tenaganya ketika akan berbaring di atas tempat tidurnya.
Setibanya di lantai bawah, Blossom langsung memutar kunci dan menarik gagang pintu. Tak lama pintu berwarna putih itu pun terbuka dan memperlihatkan ayahnya yang masih sibuk memegangi mata kirinya.
“Dad?”
“HUWA!! Who are you?!” tanya pria berusia 46 tahun itu. Terlihat kaget dengan kehadiran Blossom yang kini berdiri di belakang pintu.
“Dad? Ini aku, Blossom,” jawab Blossom bingung.
Pria berambut brunnete itu terlihat kesulitan mencerna jawaban dari Blossom. Dengan satu matanya yang tertutup, pria bertubuh tinggi itu menatap Blossom bergantian dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
Blossom tahu mengapa ayahnya kini tak lagi mengenali dirinya yang sekarang. Perubahan fisik yang ia alami memang terjadi secara drastis. Tapi apakah harus ayahnya bersikap seolah-olah ia tak mengenali anaknya sendiri?
“Blossom?”
Blossom mengangguk mengiyakan.
Pria itu kemudian menurunkan tangan kirinya membuat Blossom terkesiap melihat sebuah lingkaran berwarna ungu muncul pada mata kiri ayahnya. Ia tahu itu karena ulahnya tadi.
“Wow, Kau terlihat berbeda.”
Blossom berniat tersenyum ketika mendengar respon dari ayahnya ketika melihat perubahan dirinya yang sekarang. Tapi ia lupa, ia tak lagi bisa tersenyum seperti manusia pada umumnya. Ayahnya sampai harus mundur beberapa langkah ketika melihat Blossom yang kini sedang menampilkan ekspresi wajah ‘menyeringai’. Alih-alih tersenyum, wajah Blossom malah menunjukkan ekspresi wajah menyeramkan yang malah membuat ayahnya sendiri merasa takut.
Suasana di sekitar mereka pun berubah menjadi canggung. Hanya terdengar suara gelak tawa dari anak-anak kecil yang berlarian di sekitar rumah bersiap untuk menyambut malam halloween yang tinggal beberapa jam lagi.
“Apa sekarang aku terlihat menakutkan?” tanya Blossom pada ayahnya yang sedari tadi terdiam.
Ayahnya dengan cepat menggelengkan kepalanya. “Tidak-tidak. Daddy hanya kaget, sepertinya ketika terakhir kali daddy datang kemari, kamu belum berubah sepenuhnya seperti ini. Daddy hanya kaget dan tidak menduga kalau kamu sudah sepenuhnya berubah menjadi... zombie.”
“Well, daddy terakhir kemari saat aku masih berumur 12 tahun.”
Suasana kembali canggung. Blossom tak menyangka setelah melihat semua perubahan fisik yang ia alami, ayahnya akan berkata seperti itu padanya. Ayahnya memang jarang datang untuk menjenguknya, tapi bukan berarti ia harus seterkejut itu ketika melihat perubahan yang terjadi pada anak perempuannya kan?