Blowing the Wind

Roseeya
Chapter #4

BAB 4

Aku sedikit terkejut ketika menemukan kelas bisnis kini terpampang tepat di depan wajah ku. Dengan cepat kepala ku menoleh dan memandang El meminta penjelasan. Laki-laki itu mulai bersikap acuh tak acuh “Duduk dulu.” Ujarnya dengan santai. Lihatlah, saat aku sedikit lagi akan meledak, dia masih bisa-bisanya bersikap santai?

“Mas?”

“Apa sayang?”

“Kamu ga merasa harus menjelaskan sesuatu?” mendengar kalimat yang ku katakan, kepala El langsung menoleh dan pandangannya menatap lekat tepat kearah wajah ku.

“De, kamu yang ngajuin ide gila ini, tanpa mengkondisikan diri kamu sendiri. Karena kamu yang acuh sama kesehatan kamu dan si dedek, jadi harus aku yang memanagenya sayang.”

Aku terdiam mendengar kalimat panjang yang menusuk tepat ke harga diri ku. Okay, aku tidak mau melanjutkan hal ini. Biarkan saja, yang terpenting adalah kenyamanan dan kesenangan. Aku tau, aku kekanakan dan egois, tapi yaah tidak ada salahnya kan, toh kami ini pengantin baru, wajar kalau pengantin baru melakukan Honeymoon.

Sebuah helaan nafas tiba-tiba keluar begitu saja tanpa bisa ku cegah. El yang mendengar hal tersebut dengan cepat bertindak merangkul punggung ku, menariknya perlahan dan membawanya bersender pada dada bidang itu. Aku mendongak, menemukan wajah tampannya tengah tersenyum memandangi ku. Oh ya tuhan, pantas saja dulu aku selalu merasa cemburu jika dia dekat dengan wanita lain. Tertanyata cemburu ku itu ada sebabnya. Elzio dia masuk dalam kategori laki-laki dengan pesona berbahaya yang tidak bisa dideteksi. Sungguh aku tidak tau apakah aku harus mensyukuri hal ini atau tidak.

****

“De bangun kita udah sampai.” Aku mengerjapkan sepasang mata ku dan melihat jika pintu masuk gerbong sudah dibuka. Ku alihkan lagi sepasang mata ku kepada sosok laki-laki yang kini tengah tersenyum dengan wajah bangun tidurnya. Dasar, dia juga baru bangun.

“Kamu baru bangun.” Itu adalah pernyataan, bukan sebuah pertanyaan. El kini mendengus, lalu dengan cepat tubuh tinggi itu berdiri.

“Ayo, kamu mau ikut atau aku tinggal?” seketika wajah ku mengkerut jengkel. Dia meledek ku.

“Ikuuut.” Aku dengan cepat menggelayut manja di salah satu lengannya. Aku tau wajah tampan itu pasti sedang tersenyum puas.

“Karena kita sampai sininya tanggung jadi kita pesan taksi online dulu yaa ke penginapannya.” Sebuah senyum kini menggantikan ekspresi mengkerut diwajah ku.

“Hem, tapi sebelum itu kita boleh makan dulu ga mas aku laper. Hehehe” El tersenyum dia menjawab dengan nada pasti yang terdengar lucu ditelinga ku “Iya dooong.”

Perjalanan kami terhitung lancar, entah karena aku tidur saat jam petang atau bagaimana, mual itu tidak muncul. Aku merasa bersyukur dan bangga. Apakah anak-anak ini sangat mengerti keadaan orang tuanya? Ugh mereka sangat menggemaskan.

“Kamu mau makan apa de?” aku tidak tahu sejak kapan El memanggil sebuah taksi online untuk kami berdua. Disini secara tiba-tiba sebuah taksi online berada tepat dihadapan ku. Apakah aku terlalu lama menghabiskan waktu untuk melamun hingga tidak menyadari hal itu?

“Burger mas?” El memandang ku dengan tatapan tidak suka. Oh aku sudah menduga hal ini.

Lihat selengkapnya