Blowing the Wind

Roseeya
Chapter #6

BAB 6

Seperti yang dikatakan oleh El sebelumnya, kami memutuskan untuk pergi berdua menemui Karina. El tidak mengatakan pada wanita itu jika dia pergi bersama ku untuk menemuinya. Saat di perjalanan aku sempat bertanya kenapa dia tidak mengatakan pada Karina jika dia akan datang menemuinya berasma degan ku. El menjawab ‘saking terburu-burunya jadi dia tidak memikirkan hal itu’. Yah aku bisa memaklumi hal tersebut dan menerima jawabannya.

Kami bertemu di sebuah cafe di daerah Malioboro. Karina sudah duduk disalah satu meja dengan dua buah kursi. Aku dapat melihat ekspresi keterkejutan diwajah cantik itu. Sesaat setelah kami sampai didepannya, Karina langsung salah tingkah dan mulai berkata “Apakah kita harus pindah tempat?” yang langsung dijawab oleh El dengan satu kata “Tentu.”

Jadi disinilah kami. Berada didalam 1 meja yang berisi 4 kursi. Ada kecanggungan yang terjadi dan itu berasal dari sosok Karina. Aku dan El tentu menyadari hal tersebut. Karena merasa aku adalah tamu yang tak diundang, aku memutuskan untuk diam. El lah orang yang membuka percakapan untuk menetralkan kecanggungan Karina. “Ada baiknya kita pesan beberapa menu.”

“Ah ya.” Karina segera mengangkat salah satu tangannya untuk memanggil salah seorang pelayan. Setelah beberapa detik, seorang pelayan pria datang ke meja kami. Karina terlihat memilah-milah menu, sedangkan aku dan El memutuskan untuk hanya memesan dua gelas minuman dengan selera masing-masing. “Kalian tidak pesan makan?” Tanya Karina.

Aku tersenyum begitu juga dengan El, “Kami sudah sarapan tadi.” Balas laki-laki itu.

Karina hanya mangangguk pelan dan mulai mengatakan pesannya.

****

5 menit kemudian pesanan kami datang, waktu yang cukup singkat karena mungkin kami hanya memesan 3 gelas minuman yang berbeda dan satu porsi cheese cake.

Kami terdiam untuk beberapa saat, menunggu Karina membuka suara lebih dulu. Tapi sepertinya wanita itu tidak akan melakukannya. Ini sudah lebih dari 5 menit waktu yang terlewaktkan dan selama itu hanya diisi oleh keheningan.

Merasa gemas dengan keadaan ini, El memutuskan untuk kembali membuka pecakapan lebih dulu. “Maaf sebelumnya karena ga bilang kalau gue datang sama Rose.” Setelah mendengar kalimat tersebut, Karina mencoba tersenyum, jelas sekali terlihat diwajahnya jika wanita itu masih saja gugup. Dia terlihat kikuk. “Jadi apa kita bisa langsung saja Karina?”

“Gue ngerti pasti lo agak terganggu dengan kehadiran Rose disini, tapi gue benar-benar ga bisa ninggalin Rose. Dia lagi hamil muda, dan ini anak pertama kami.”

Lagi-lagi Karina memasang ekspresi terkejut diwajahnya. “Kalian udah nikah?” El tersenyum lalu mengangguk dengan tegas. “Sejak, kapan?”

“Belum lama.”

“Ah begitu.”

Ada sedikit kekecewaan dalam nada suaranya. Aku tidak tahu apa yang membuat Karina terdengar kecewa saat mengetahui fakta bahwa kami sudah menikah. Apakah dia masih memiliki harapan pada El?

Tidak adanya kata yang diucapkan oleh kami bertiga membuat   keheningan kembali menyapa. “Maaf, sepertinya gue udah ganggu waktu kalian. Malem itu gue ga ngeliat Rose, jadi gue kira El sendiri. Dan karena kalut jadi tanpa fikir panjang gue langsung menghubungi El.”

“Apa lo benar-benar ga nyaman kalau ada gue disinin Rin?”

Lihat selengkapnya