Suara berisik gemericik air mulai terdengar memasuki sepasang gendang telinga, saat menginjakkan kaki di wisata pantai Jogan aku langsung disuguhkan dengan tebing-tebing nan mengesankan dan menawan hati. Dari tebing inilah ternyata aku bisa melihat betapa indahnya air yang terjun ke bawah, tingginya kurang lebih mencapai 12 meter. Air terjun ini berasal dari sebuah sungai yang mengalir dan jatuh langsung ke pantai. Sehingga, aku bisa melihat bila air ini adalah air tawar. Debit airnya tidak terlalu deras. Kecuali, kalau kamu berkunjung pada saat musim penghujan. Kebetulan saat aku datang musim tidaklah berpihak pada ku untuk mendukung ku melihat betapa deras debit air terjun itu. Keindahan air terjun ini benar-benar menyita segala pikiran ku untuk tetap menatapnya. Tapi selain air terjun yang mempesona ada beberapa spot yang di tunjukan El pada ku di pantai ini. Seperti salah satu hal yang secara tiba-tiba kembali menyita perhatian ku. Katanya kita dapat menuruni tebing menggunakan rappeling atau canoying. “Mas aku mau turun.”
“Enggak de, itu terlalu berbahaya.”
“Hiiy, coba mas tanya dulu sama pemandunya.”
Aku dapat melihat El yang mengehela nafas dengan jengah. Oh apakah dia mulai kesal? Tanpa membalas kembali perkataan ku, El begitu saja melengos pergi kearah salah satu pemandu.
“Maaf pak apakah jika turun kebawah aman untuk ibu hamil?”
“Wah aman si mas, tapi jika boleh disarankan jangan.”
“Baik pak terima kasih.”
Setelah aku melihat senyum ramah di wajah bapak pemandu itu, kini aku di hadapkan dengan wajah puas penuh kemenangan milik Elzio. “Kamu dengar kan?”
“Huh. Iya iya.” Merasa kesal dengan yang terjadi sebelumnya, aku memutuskan untuk duduk dan berisitirahat di salah satu saung kosong.
“Kamu mau kepiting?” aku terdiam saat pertanyaan itu terucap dari sepasang bibir El.
“Kalau tidak mau, aku aja yang beli deh.” Lanjutnya lagi. Aku mendengus jengkel, memandang El yang sudah melengos pergi kearah sebuah resto makanan Seafood. Laki-laki itu kembali menjadi sangat menyebalkan. Karena perasaan dongkol yang kian memuncak, aku memutuskan untuk melihat fokus pada pandangan didepan sana. Dalam diam, seulas senyum kecil muncul begitu saja. Pemandangan indah ini sejenak bisa mengalihkan rasa kesal ku.
Ada beberapa orang disini, walaupun tidak banyak karena hari ini bukanlah hari Weekend, tapi aku masih bisa melihat beberapa pasangan atau beberapa anggota keluarga dengan anak-anak mereka saling bercanda ria dan berlomba-lomba untuk mengabadikan moment ini. Benar-benar suasana yang menyenangkan.
“Satu porsi kepiting rebus dan satu porsi udang.” Suara berat khas laki-laki yang sangat ku kenal mulai mengusik ketenangan ku. Aku menoleh dan menemukan El yang kini sedang tersenyum sambil menata dua piring besar yang masing-masing terisi satu porsi kepiting rebus dan satu porsi udang besar seperti yang laki-laki itu katakan sebelumnya.
“Katanya kalau kesini belum lengkap jika tidak makan kepiting dan udangnya yang terkenal enak.”
“Jadi certitanya kamu mau nyogok aku nih?” El tersenyum kemudian kembali melangkah pergi meninggalkan ku. Sepasang mata ku masih memperhatikan gerakannya yang mengambil dua gelas minuman dengan berbeda rasa.
Setelah beberapa detik El melangkah, laki-laki itu kembali masih dengan senyuman yang melekat di wajah tampannya.
“Ayo makan, aku tau kamu pasti udah laper lagi kan?”
“Huh, kamu tuh bisa aja yaa nyogoknya.”
“Hehehe...”
****