Blue

Maria Rosa
Chapter #8

8

"Loh? Kok ke sini?"

Ervan terkejut saat menghentikan mobil. Rupanya, tempat itu sangat dikenal Ervan. Bagaimana bisa dia tidak mengingatnya tadi?

"Nggak apa, kan? Gue kangen ke sini."

Vanka mengulum senyuman, kemudian keluar dari dalam mobil. Ervan pun menyusul, meski masih cukup bingung dengan tujuan Vanka membawanya kemari.

"Ayo!"

Vanka menggenggam lengan lelaki itu dan menariknya menuju ke arah pohon besar. Mereka duduk di bawah pohon itu, beralaskan rerumputan hijau.

"Ervan, lo inget nggak pas kita ketemu di sini empat tahun lalu?"

Vanka menyandarkan kepala di bahu Ervan. Gadis itu tersenyum lebar, matanya menerawang. Nampaknya, dia sedang mengingat kejadian empat tahun lalu.

Memang, di taman inilah Vanka pertama kali berjumpa dengan Ervan.

"Inget, dong. Masa gue lupa? Itu kejadian yang nggak pernah gue sesali sampe sekarang, Van. Gue justru bersyukur banget, meski gue harus kena sial di sisa hari itu. Meski satu-satunya hal baik yang ada cuma pertemuan kita."

Ervan turut tersenyum saat mengingat kejadian hari itu. Siapa yang menyangka, gadis yang ditemuinya sesaat justru menjadi orang yang sangat penting dalam hidupnya, bahkan empat tahun setelah hari itu?

Ervan tertawa pelan saat mengingat bagaimana dia mengumpati Vanka dulu. Bagaimana dia berharap supaya tak lagi bertemu dengan gadis yang aneh tersebut. Tapi, semua yang terjadi justru sebaliknya.

Ervan yang dulu pasti akan merasa kesal setengah mati, kemudian mengutuki kesialan yang terus menyertainya. Tapi, sekarang? Kata menyesal pun tak pernah terlintas di pikirannya sama sekali.

Ervan dulu memang hanya seorang anak bertemperamen tinggi. Bukan hanya itu, dia juga terbilang nakal. Kerap membolos, terlambat pun menjadi rutinitas.

Saat itu, dia yang sedang kabur dari sang guru karena terpergok membolos, justru menabrak Vanka. Membuat semua yang dibawa gadis itu berhamburan, dan dia marah besar. Menuntut Ervan untuk meminta maaf dan memunguti semua barang yang jatuh karena lelaki itu. Ervan pun segera memunguti barang-barang itu dan memberikannya pada Vanka. Namun, sebelum Ervan sempat kabur, sang guru sudah menangkapnya. 

Ervan pun menatap marah kepada gadis yang sedang memasang kacamata itu. Sekarang, kacamata tak lagi digunakan Vanka. Gadis itu sudah menggantinya dengan lensa yang jauh lebih praktis.

"Gara-gara lo, gue jadi ketangkep."

Ervan ingat, saat itu dia berkata dengan nada sinis. Namun, Vanka hanya menatap sekilas tanpa minat.

"Bukan salah gue. Salah sendiri nabrak. Gue nggak pernah nyuruh lo nabrak, kan?"

Lihat selengkapnya