Blue Hawaii

raven orinn e
Chapter #3

III. Observe

Sore itu kembali menyapa, membawa udara sejuk dan langit yang mulai merona jingga. Seragam SMA nya masih melekat pada tubuh itu, kusut setelah sehari penuh dipakai. Kali ini Azril tidak memasuki Kafe seperti biasanya. Ada misi khusus, yaitu mengamati gadis penunggu pojok Althera Caffe dari kejauhan.

Dia hanya memarkirkan motornya di tepian jalan. Tidak ada niat untuk turun dan bahkan melepas helm fullface hitamnya. Mesin motor yang kini mati menyisakan keheningan yang hanya dipecah oleh gemuruh kendaraan di kejauhan.

Azril tetap di atas motornya, jemarinya dengan gelisah memutar-mutar pena milik Indira. Benda kecil yang selama ini menjadi satu-satunya harapan bagi Azril. 

Dari tempatnya, Azril bisa melihat dengan jelas ke dalam Kafe melalui jendela kaca besar yang menghadap ke jalan. Indira masih di sana, duduk di meja pojok yang sama, dengan posisi yang nyaris tak pernah berubah. Rambut panjangnya tergerai, sebagian menutupi wajahnya yang tampak menatap jalanan dengan pandangan kosong.

“Dia selalu seperti itu,” gumamnya pelan, suara yang tertahan di balik helm.

Azril menghela napas panjang, genggamannya pada pulpen semakin erat. Ada dorongan untuk melangkah masuk, untuk menyerahkan pena itu dan memulai percakapan. Tetapi ia hanya diam, tertahan oleh keraguan yang masih menghantuinya.

Pada akhirnya, mesin motor kembali dihidupkan. Suaranya yang menggelegar memecah ketenangan sore itu, menyatu dengan hiruk pikuk jalanan yang mulai padat oleh kendaraan pulang kerja. Azril menarik napas panjang di balik helmnya, matanya masih terpaku pada sosok di dalam Kafe.

Langkahnya malam itu ragu ketika ia memasuki Kafe. Suasana berbeda, lampu-lampu kuning di dalam Kafe memancarkan kehangatan yang kontras dengan dinginnya udara malam di luar. Azril kembali, kali ini tanpa seragam SMA-nya. Sebuah jaket denim yang sudah mulai pudar warnanya melindungi dari angin malam.

Lihat selengkapnya