Sinar matahari pagi menerangi wajah Vanessa melalui sela-sela jendela kamarnya. Ternyata sudah pagi, ia terbangun dari tidurnya yang lelap, akibat kelelahan yang dirasakannya setelah mengalami kehilangan ibunya kemarin.
Hari ini adalah hari pertama Vanessa menjalani hidup tanpa kehadiran ibunya. Rasa kehilangan dan kesedihan masih menyelimuti hatinya, membuatnya kehilangan semangat untuk menjalani kegiatan seperti biasanya. Ia memutuskan untuk tidak berangkat sekolah hari ini, memilih untuk mencari sedikit waktu untuk merenung dan mencerna perasaannya.
Ia berusaha bangun dari ranjangnya, mendengar suara ayahnya sedang bergumam kecil di luar kamar membuatnya penasaran. Dengan langkah perlahan, Vanessa menuju keluar dan mendapati papa Vanessa sedang mengendong adiknya yang masih bayi, sedang berjemur di bawah sinar matahari pagi.
Melihat pemandangan itu membuat Vanessa tersenyum sedikit. Meskipun sedang menghadapi kesedihan yang mendalam, ia merasa hangat melihat pemandangan ayahnya yang begitu perhatian dan penuh cinta pada adiknya. Rasanya, seakan-akan itu mengingatkan Vanessa pada saat-saat bahagia yang pernah ia alami bersama ibunya.
"Papa sedang apa?" tanya Vanessa dengan suara lembut, berjalan mendekati ayahnya.
Papa Vanessa tersenyum penuh kasih kepada putrinya, "Papa sedang membantu adikmu berjemur sinar matahari pagi. Ibu pasti senang melihat adikmu yang sehat dan bahagia seperti ini."
Vanessa terenyuh mendengar ucapan papa Vanessa. Hatinya terasa hangat melihat kasih sayang ayahnya pada adiknya yang masih bayi itu. Meskipun ibunya telah tiada, tapi Vanessa merasa bahwa cinta dan kasih sayang sang ibu akan selalu hadir melalui kehangatan ayahnya.
"Papa, adik cantik ya?" ucap Vanessa sambil tersenyum.
Papa Vanessa mengangguk, "Iya, Adik cantik kaya Mama dan cantik kaya Kakak juga."
"Vanessa, tolong gendong adikmu, Papa mau keluar sebentar," pinta Papa Vanessa dengan suara lembut.
Vanessa segera menuruti permintaan ayahnya dan menggendong adiknya dengan penuh kehati-hatian. Ia merasa bangga bisa membantu ayahnya merawat adiknya yang masih bayi.
Dengan penuh tanggung jawab, Vanessa memegang erat adiknya dalam pelukannya. Ia merasa bahagia bisa merasakan kehangatan tubuh adiknya yang lucu dan menggemaskan.
Papa Vanessa segera pergi, tanpa memberi tahu Vanessa kemana ia akan pergi.
Ternyata, Papa Vanessa menemui salah satu manajemen artis.
Tanpa sepengetahuan Vanessa, papa Vanessa telah melakukan perjanjian dengan pria itu untuk menjadikan Vanessa salah satu foto model. Ini berarti Vanessa akan bekerja di dunia model tanpa sepengetahuannya.
Sesampainya di pertemuan, pria manajemen itu menawarkan kesempatan kepada Papa Vanessa, tetapi ia dengan bijaksana menyarankan untuk menanyakan hal ini terlebih dahulu kepada putrinya, Vanessa.
"Apa Vanessa benar-benar mau, Mas?" tanya pria itu dengan hati-hati, menyadari pentingnya persetujuan dari Vanessa dalam kesempatan ini.
Papa Vanessa menjawab dengan cepat, "Dia pasti mau, Pak."
Pria itu menyodorkan beberapa kontrak kerja sama pada Papa Vanessa. Semua kontrak kerja itu ternyata atas nama Papa Vanessa, bukan atas nama Vanessa.
"Segera tanda tangan di sini," pinta pria itu, menunjuk pada bagian kontrak yang harus ditandatangani.
Papa Vanessa dengan mantap menandatangani kontrak tersebut tanpa berpikir panjang. Ia merasa bahwa ini adalah kesempatan baik untuk Vanessa dan akan menjadi langkah yang baik untuk masa depannya.
Namun, Vanessa masih belum tahu apa-apa tentang rencana ini. Ia hanya mengetahui bahwa Papa Vanessa pergi dan merasa semakin cemas karena Papa Vanessa belum kembali.
"Besok jangan lupa datang tepat waktu, Mas. Besok Vanessa sudah bisa mulai kerja sebagai foto model . untuk pakaian, dan lain-lain, gak usah khawatir, sudah saya sediakan semuanya," ucap pria tersebut sambil bangkit dari kursinya, menjabat tangan Papa Vanessa dengan tegas, menandakan bahwa urusan dengan Papa Vanessa telah selesai.
"Terima kasih, Pak," ucap Papa Vanessa dengan senyum sopan.
Setelah pertemuan selesai, Papa Vanessa kembali pulang ke rumah. Ia merasa campur aduk tentang kesempatan ini dan bagaimana ia harus memberi tahu Vanessa tentang rencana tersebut.
Di rumah, Vanessa sedang menunggu dengan gelisah, karena ayahnya belum juga pulang. Ketika Papa Vanessa tiba, Vanessa segera bertanya dengan wajah penuh penasaran.
"Pa, kemana aja? Ada apa?" tanya Vanessa dengan raut wajah penuh cemas.
Papa Vanessa menyahut tanpa terlalu memperhatikan, "Ada urusan sebentar. Adikmu sudah tidur?"
"Adik sudah tidur, Pa," jawab Vanessa sambil mengangguk.
"Vanessa, besok setelah pulang sekolah, kamu ikut Papa ya," pinta Papa Vanessa sambil mengukur segelas air putih di meja makan.