Dengan sigap, Vanessa menyusun beberapa potong baju ke dalam tasnya. Dengan hati yang gemetar, Ia berjalan keluar dari kamarnya dan menemui papanya yang sedang santai di depan rumah.
"Vanessa, mau ke mana kamu?" tanya papanya, terlihat bingung dengan keadaan Vanessa.
"Aku ingin pergi, Pa. Aku tak tahan lagi tinggal di sini," ucap Vanessa dengan penuh keyakinan.
Papanya terdiam, tidak tahu apa yang harus ia katakan. Ia berusaha menahan Vanessa. Namun, Vanessa melangkah dengan langkah mantap, walaupun sebenarnya ia sendiri tidak tahu harus pergi ke mana. Ia berjalan tanpa arah yang pasti, hatinya dipenuhi kebimbangan dan kesedihan.
"Kemana aku harus pergi?" gumam Vanessa dalam tangisnya.
Vanessa merenungkan setiap kemungkinan, mencoba mencari jawaban atas kegalauannya. Ia ingin mencari tempat untuk menghilangkan beban yang selama ini ia rasakan.
"Apa yang harus aku lakukan?" ucap Vanessa, sambil mencoba menenangkan dirinya.
Dalam keheningan yang membisu, Vanessa berjalan mengelilingi kota. Setiap langkah yang ia ambil, terasa begitu berat. Ia mencari ketenangan dan jawaban dalam pikirannya yang kacau.
Saat Vanessa tiba di taman, ia berhenti sejenak dan menatap langit yang cerah. Air mata mengalir di pipinya, dan ia berusaha mencari jawaban atas kegalauannya.
Setelah berjam-jam merenung, Vanessa tiba-tiba teringat tentang om ekomando, manajer yang pernah membantunya dalam dunia foto model. Om ekomando selalu memberikan dukungan dan perhatian yang hangat.
Vanessa meraih ponselnya dengan hati-hati dan mencoba menghubungi om Eko. Ia menunggu dengan harap-harap cemas, tapi om Eko tak kunjung mengangkat teleponnya.
Namun, Vanessa tidak menyerah. Ia mencoba lagi dan akhirnya suara om Eko terdengar dari seberang sana.
"Halo Ness, ada apa?" tanya om Eko dengan ramah.
"Om, aku kabur dari rumah. Aku gak kuat lagi tinggal sama papa. Aku pengen tinggal sendiri," cerita Vanessa dengan suara isak tangisnya.
"Kamu di mana sekarang?"
"Aku di taman dekat tempat biasa kita foto, om," jawab Vanessa dengan tersedu-sedu.
"Tunggu di sana, om jemput kamu,"
Dalam waktu yang singkat, om Eko datang dan menjemput Vanessa di taman. Ia merangkul Vanessa dengan penuh kehangatan.
"Tenang, Ness. Kamu nggak sendiri. Om akan membantumu," ucap om eko sambil mengusap lembut punggung Vanessa.
"Oh, ya Ness, om punya berita baik. Kontrak kerja sudah ada di tanganmu, rekening dan ATM yang om janjikan sebelumnya sudah selesai. Jadi, uang hasil kerjamu bisa kamu pegang sendiri," kata Om Eko dengan semangat, memberikan dorongan pada Vanessa.
Vanessa yang sedang lelah dan sedih merasa ada harapan kecil untuk memulai hidup baru. Dia merasa lega karena akhirnya ada seseorang yang mendukung dan mempercayainya.