Keesokan harinya, mereka pun bertemu di salah satu cafe di Jakarta yang sudah mereka rencanakan sebelumnya. Bibi yang sudah menunggu Vanessa sejak tadi pun menyadari kedatangan Vanessa.
"Eh, akhirnya lo datang juga," ucap Bibi sambil tersenyum.
"Sorry ya kalo lama, Bi. Macet tadi," ucap Vanessa.
"It's okay, silahkan duduk. Gue udah pesan makanan," kata Bibi sambil menunjukkan meja yang sudah disiapkan.
Vanessa pun duduk di samping Bibi, senang akhirnya bisa bertemu lagi setelah kemarin berpisah di bandara. Mereka memesan minuman dan mulai berbincang-bincang layaknya dua sahabat yang lama tidak bertemu.
Mereka berdua saling bertanya tentang kabar masing-masing, saling berbagi cerita dan pengalaman.
Momen itu penuh dengan kehangatan dan tawa. Mereka seperti tidak kehabisan topik untuk dibicarakan. Sudah lama mereka tidak bertemu dan ini adalah kesempatan bagus untuk mengenali lebih dalam satu sama lain.
Setelah beberapa jam berlalu, mereka berdua masih enggan untuk berpisah. Namun, akhirnya mereka harus saling berpamitan untuk melanjutkan aktivitas masing-masing.
"Seneng ketemu dan ngobrol sama lo, Bi," ucap Vanessa.
"Kita harus sering-sering ketemu lagi ya," kata Bibi sembari tertawa kecil.
Vanessa mengangguk setuju, "Bisa aja, Lo. Tunggu gue gak sibuk lagi, ya."
Dengan senyum bahagia di wajah mereka, Vanessa dan Bibi berpisah di depan pintu cafe. Namun, kali ini perpisahan itu tidak menyisakan kesedihan, karena mereka tahu bahwa, dilain waktu akan bertemu lagi.
Dengan langkah ringan, Vanessa dan Bibi berjalan meninggalkan cafe dengan hati yang bahagia dan menuju mobil masing-masing.
Mereka berdua saling melambai, lalu masing-masing masuk ke dalam mobilnya. Setelah menyilangkan sabuk pengaman, Bibi dan Vanessa sama-sama menghembuskan napas puas.
Saat memasuki rumahnya, Vanessa merasa bersyukur telah menghabiskan hari yang menyenangkan bersama Bibi.
Malam pun datang, Vanessa tengah mempersiapkan diri lagi untuk pergi ke tempat pekerjaannya. Dengan sigap, Vanessa merias dirinya secantik dan seseksi mungkin.
Dia mengenakan pakaian yang mempertegas keindahan tubuhnya, dan mengenakan riasan yang membuat wajahnya semakin bercahaya. Dengan teliti, ia menata rambutnya sehingga terlihat begitu anggun.
Di hadapan cermin, Vanessa melihat dirinya dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia merasa percaya diri dengan penampilannya yang memikat, namun di sisi lain, ada rasa penyesalan dan kebingungan dalam hatinya.
Pekerjaannya sebagai wanita malam telah memberikan kesempatan untuk mendapatkan uang dengan mudah, namun di dalam hatinya, dia merasa bahwa ini bukanlah jalan yang sebenarnya dia inginkan.
"Dunia ini memang penuh pilihan dan kompromi," batin Vanessa sambil merenung.
Meskipun dia merasa ragu dengan pekerjaannya, Vanessa juga menyadari bahwa ini adalah keputusan yang telah dia ambil dan dia harus bertanggung jawab atasnya.
Dengan langkah mantap, Vanessa meninggalkan rumahnya menuju tempat pekerjaannya. Meski hatinya masih bergejolak, dia berusaha menenangkan diri dan fokus pada tugas yang ada di depannya.
Dalam perjalanan menuju tempat kerja, Vanessa mencoba untuk mengalihkan pikirannya dari rasa cemas dan penyesalannya. Ia memutuskan untuk menikmati malam ini sebaik mungkin dan memberikan yang terbaik untuk pelanggan yang memesannya.
Malam berlalu dengan cepat, dan Vanessa menghadapi setiap momen dengan profesionalisme dan ketangguhan. Meskipun ada perasaan penyesalan dan keraguan dalam hatinya, dia tetap menjalankan pekerjaannya dengan sepenuh hati.
Saat dia berinteraksi dengan para pelanggannya, Vanessa mencoba untuk menyajikan senyum dan keramahan yang tulus. Meski pekerjaannya tidak selalu mendatangkan kebahagiaan, dia berusaha memberikan sedikit keceriaan bagi mereka yang datang mencari pelipur lara
Setiap langkah yang dia ambil dan setiap keputusan yang dia buat, membawa Vanessa lebih dekat pada pemahaman tentang hidupnya. Dia menyadari bahwa hidup ini kompleks dan penuh dengan pilihan, dan dia harus menerima akibat dari setiap keputusan yang diambilnya.
Setelah malam itu berakhir, Vanessa kembali pulang dengan perasaan lelah namun juga lega. Meskipun pekerjaannya menghadirkan pertentangan batin.
Saat tiba di rumah, Vanessa melepaskan riasan dan berganti pakaian menjadi yang lebih santai. Dia merenungkan hari ini, menyadari bahwa hidupnya penuh dengan dinamika dan tantangan. Meskipun pekerjaannya membawanya ke tempat yang tidak pernah dia bayangkan, dia merasa tegar untuk menghadapinya
Dalam kesendirian, Vanessa kembali mengirimkan pesan kepada Bibi. "Udah sampai di rumah, Bi?" tanyanya.
Tak lama kemudian, pesan dari Bibi masuk. "Iya, Ness. Lo udah lama pulang?"
Vanessa menjawab, "udah dari tadi, Bi. Ini gue baru bangun tidur."
"Semoga besok kita bisa ketemu lagi ya." Tambahnya dengan emotico tertawa.