Sesampainya di rumah Bibi, mereka langsung turun dari mobil dan menuju depan rumah. Bibi perlahan menyentuh pintu, tak butuh waktu lama pintu pun terbuka. Alangkah terkejutnya mama Bibi ketika melihat mereka di hadapannya.
Namun, tidak mendapat respon baik, malah Bibi dimaki oleh mamanya. "Mau ngapain lagi kamu pulang? Ngapain bawa perempuan ini?!" tanya mamanya dengan suara meninggi.
"Ma, maafin Bibi ma," ucap Bibi.
"Udah kamu pergi dari sini aja!" Mamanya pun langsung menutup pintu rumahnya. Tak lama kemudian, suara pertengkaran itu terdengar oleh papa Bibi, yang menghampiri mamanya di depan pintu yang tertutup.
Bibi merasa kecewa dan terpukul oleh reaksi mama dan papanya. Ia berusaha menenangkan Vanessa yang ikut merasa cemas dan khawatir.
"Jangan khawatir, Ness. Kita akan ngehadapin semuanya," ucap Bibi mencoba meyakinkan Vanessa.
Vanessa mengangguk lemah, mencoba tersenyum meski hatinya sedih. Namun, tiba-tiba Bibi berteriak dari arah luar, "Ma! Bibi kesini cuma mau ngasih tau kalo mama sama papa udah punya cucu sekarang!"
"Terserah mama mau terima Bibi atau nggak! Tapi ingat, Bibi udah kasih tau berita bahagia ini ke kalian!" tambahnya dengan tegas.
Bibi dan Vanessa melangkah membelakangi pintu, tapi tak lama kemudian pintu terbuka kembali. Kini mamanya berdiri di ambang pintu dengan tangisan di pipinya. "Bi?"
Vanessa dan Bibi sontak membalikkan badan. Mama Bibi mengulurkan tangan, memberi isyarat kepada Bibi untuk menghampirinya dan memeluk mama-nya.
Bibi ragu, tapi akhirnya dia menghampiri mama-nya dan memeluknya erat. Mama Bibi pun ikut tersenyum bahagia.
"Maafin mama, maafin papa," bisik mamanya dengan hati-hati.
"Maafin Bibi juga, ma," ucap Bibi dengan tulus.
Tak lama kemudian, anggota keluarga yang lain keluar untuk melihat kegaduhan di luar. Mereka kaget melihat Bibi dan Vanessa berdiri di depan pintu.
Akhirnya, Bibi dan Vanessa diundang masuk ke dalam rumah. Semua anggota keluarga duduk bersama di ruang keluarga, mendengarkan Bibi dan Vanessa bercerita tentang perjalanan mereka dan keputusan untuk menikah.
Tangisan dan tawa tercampur dalam percakapan mereka. Akhirnya, dengan saling memaafkan dan berbicara dengan tulus, keluarga mereka menemukan jalan untuk menghadapi masa depan bersama dengan lebih baik.
Dari hari itu, Bibi dan Vanessa kembali merasakan kehangatan keluarga yang telah lama mereka rindukan. Semua anggota keluarga saling mendukung dan saling mencintai.
Bibi dan Vanessa menyadari bahwa keluarga adalah tempat di mana mereka bisa menjadi diri sendiri, saling berbagi, dan saling mencintai. Bersama-sama, mereka mengarungi kehidupan dengan penuh kebahagiaan dan cinta.
Setelah bercerita panjang lebar tentang perjalanannya, Vanessa merasa mama bibi mendekatinya dan mengelus perutnya yang masih terlihat kecil. Dengan penuh kebahagiaan, mama bibi bertanya, "Mama mau punya cucu ya?" Vanessa dan bibi hanya tersenyum melihatnya.
Selanjutnya, bibi memperkenalkan anggota keluarganya karena sebelumnya Vanessa belum pernah ke rumah bibi. "Ness, ini adik-adik gue, yang cowok namanya Fadly, dan cewek namanya Fuji," ucap bibi sambil tersenyum bahagia.
"Senang bisa kenal sama kalian," ucap Vanessa dengan ramah sambil memberikan senyuman manis.
Fadly dan Fuji menyambut Vanessa dengan hangat. Mereka merasa senang memiliki kakak perempuan baru dan langsung mengajaknya ngobrol dengan antusias.
suasana menjadi semakin hangat dan akrab di antara mereka. Vanessa merasa senang bisa bertemu dengan anggota keluarga bibi yang selama ini belum dikenalnya.
Mereka pun duduk bersama di ruang tamu, sambil bercerita dan saling bertukar pengalaman. Mama bibi punya banyak cerita menarik tentang masa kecil bibi dan juga tentang perjalanan keluarganya.
Fadly dan Fuji, ternyata ramah dan menyenangkan. Mereka punya banyak hobi dan minat yang sama dengan Vanessa, sehingga mereka dengan cepat menjadi akrab satu sama lain.