Bocah Angin & Turbulensi Waktu

Ravistara
Chapter #4

Pancaindra (3)

Hujan telah turun di luar. Datangnya bagai intermeso menjelang Oktober. Namun, Indri tidak sudi berlama-lama menunggu sampai hujan reda. Sebelum Pak Amin memergokinya termenung menatap langit, Indri membungkus dompet dan telepon genggam dalam plastik, lalu nekat menerobos cuaca yang seolah berduka karena belum tuntas menangisi tragedi dua bulan lalu. 

Dingin. Sekujur tubuhnya menggigil oleh sensasi tersebut. Badai yang lebih hebat pun berkecamuk dalam dirinya. Nalurinya mengatakan bahwa ia tidak berjalan sendirian di kala itu. Indri merasa seseorang sedang mengawasinya di balik sudut gelap yang tersembunyi dari pandangan. Firasat aneh itu makin menjadi-jadi setelah ia berbelok ke trotoar di depan rumah sakit.

Indri sedang tidak beruntung ketika sebuah mobil melewati genangan dan mencipratkan air ke arahnya. Ah, ia juga sudah basah. Tidak masalah. Lalu, ia mendengar deru mobil lain datang dari arah belakang. Indri bersiap-siap menerima kesialan kedua, tetapi mobil itu justru memelan lantas berhenti di dekatnya. 

Beberapa orang turun. Namun, ada yang aneh. Selain memiliki perawakan tegap dan gerak-gerik kasar khas kaum Adam, Indri sama sekali tidak bisa melihat bagian wajah mereka karena tertutupi oleh penutup kepala hitam yang hanya menyisakan sepasang lubang untuk mata. Penampilan mereka persis ninja. Seketika, serangan panik menyergap Indri karena orang-orang misterius itu kini menyerbu ke arahnya. 

Indri bergegas lari, tetapi kakinya tiba-tiba terangkat dari tanah, dan dalam sekejap saja, posisi wajahnya tengah menengadah menatap langit. Dua orang lelaki meringkusnya dengan cekatan, lalu tubuhnya dilemparkan ke dalam mobil. Begitu cepatnya kejadian itu, teriakannya bahkan tidak sempat beradu dengan derasnya air yang turun dari langit. Lalu lintas di tengah jalan pun seolah tidak peduli.

“Siapa kalian!”

Lihat selengkapnya