Bocah Angin

Arief Setiawan, M.M.
Chapter #6

MENGASAH ILMU

Akhirnya, Itkas pulang lagi ke kampung halaman.

Kampung Halaman

Mewangi; di ketiadaan janji

Semerbak bak bunga, dengan warna semarak

Ku ‘tlah hilang; jadi sang kumbang

Berkelana; di hutan belantara

Tujuh tahun ku berpeluh

Terbang tinggi; di dunia yang tak kumengerti

Asing, diriku semakin terasing

Rindu ibu; tempat lahirku

Di akhir saumku; di masa itu

Memori; perjalanan diri

Tuk kembali; pada tanah sejati

Kulihat bahtera; t’lah sampai dermaga

Kucium lagi, bau ibu pertiwi

Yang harumnya; t’lah kulupa

Ombak gelombang; tak mampu menghadang

Niatku kembali; ke tempat nan suci

Setelah Itkas bertemu Pak Kajib, hati mereka berdua pun diliputi kegembiraan. Sudah lama sekali Itkas ingin bertemu Pak Kajib dan menceritakan pengalamannya sambil minta pendapat.

Kini, tinggal digunakan untuk sesama ilmunya itu. Seperti pedang, harus diasah supaya tidak tumpul. Layaknya bunga, harus memberi harum bagi sekitarnya.

Di sisi lain, harus tetap belajar. Di atas langit, masih ada langit. Sampai yang tertinggi adalah Allah ta’ala. Ilmu dunia hanya 1, dibandingkan 1001 ilmu Allah. Lalu, layakkah kita membusungkan dada? Tidak, kita harus menunduk seperti ilmu padi.

Lihat selengkapnya