Benar saja, tamu spesial tiba. Dengan membawa sebuah pistol di genggamannya, Yudha melangkah mengikuti cahaya lilin yang jarang. Hingga ia tiba di ruangan itu dan menghabisi orang tuanya sendiri.
“Pesta ulang tahun yang mengesankan...”
***
Ratu terbangun dari mimpi buruknya, tubuhnya bergetar hebat, rasa takut yang begitu besar menyapanya lagi. Bukan sekedar mimpi biasa, namun trauma yang terus menghantuinya hingga ke alam mimpi kala ia tertidur. Mimpi buruk yang datang setiap harinya, tak pernah menjadikannya terbiasa.
Ratu bangun dari kasurnya, membuka jendela dengan langit yang masih agak gelap. Mobil Alexi tiba di halaman rumah. Pria itu lah penyebab mimpi buruknya, namun gilanya Ratu tahu dia mencintai pria itu. Bahkan sebelum semua kekacauan di mulai.
Ia ingat pertama kali pria itu menyapanya, dengan wajah ramah dan senyum lebar. Wajah datar Ratu menyapa balik dengan pelan. Remaja lelaki itu mengajaknya bermain keluar, saat ia duduk termenung sendirian di dalam kelas di jam istirahat. Sebagai anak baru dengan keterbatasan, teman-teman lain memperlakukannya dengan ramah, ramah pula saat Ratu menolak ajakan mereka. Lelaki yang selalu tersenyum ini tak menyerah, ia memaksa Ratu ikut bersamanya ke lapangan, meminjam raket dan kok bulu tangkis dari anak lain yang berolahraga. Perlahan namun pasti, mereka mulai akrab.
Bersama Alexi masa-masa remaja nya terasa menyenangkan. Namun tidak lagi.
Brakk...
Pintu terbanting ke dalam. Ratu menoleh, Alexi sudah berada di ambang pintu. Terlihat siluetnya dari cahaya matahari yang mulai muncul dari balik jendela. Matahari terbit. Alexi berjalan mendekati Ratu, dengan wajah bersahabat dan senyum mengembang. Ratu kaku melihatnya, ekspresi yang sama sekali ia rindukan, wajah itu, senyum itu, ia merindukannya.
Sebelum Alexi tiba semakin dekat dengan Ratu, Ratu berlari dan memeluknya. Hangat pria itu ia rasakan, melelehkan betapa beku dirinya selama ini. Alexi pun membalas pelukannya dengan erat.
Hubungan mereka begitu sulit dimengerti.
Itu yang Indah pikirkan saat ia melihat mereka berpelukan. Indah sudah siap dan berpakaian rapi saat hendak turun dan membuat sarapan, ia melewati depan kamar Ratu. Indah berpaling, ia tak seharusnya mengintip orang yang sedang bermesraan. Tidak benar-benar bermesraan juga sebenarnya. Alexi adalah manusia yang berubah-ubah tergantung otaknya sedang eror atau baik-baik saja, sedangkan Ratu akan langsung bersikap selayaknya apa yang sedang ia rasakan. Ratu pasti sedang merindukan Alexi, sedangkan Alexi sedang di mode serigala rakus yang kekenyangan, dan Indah sendiri adalah awan hitam yang sekedar lalu.
Indah tak ingin terlalu memikirkan urusan dua sejoli itu. Dirinya sendiri pun sedang dipusingkan dengan tugas kuliah yang menumpuk, semalaman ia tidak tidur karena mengerjakan tugas. Tapi bukan hanya ia, Bayu temannya sejak SMA yang sekarang masuk ke jurusan yang sama dengannya pun ikut bergadang di rumahnya tentunya.
“Halo Bay, bisa jemput aku gak?” tanya Indah disambungan telephon.
“Aduuh... jauh! Gimana ya, kayaknya aku bakal telat deh..” Bayu masih sama, suka merengek manja.
“Telat gimana? Masih pagi kok ini, jemput ya!” Indah memasukkan rotinya ke pemanggang roti.
“Aduuuhh... gimana dong telat..” Bayu masih merengek.