BOMBER: THE CONDUCTOR

mahes.varaa
Chapter #3

BAB 3

Alun-alun Kota J.

Sabtu, 10 Agustus 2013.

Sore hari, pukul 16.30

 

“A-apinya masih belum padam!! Sebelah sana!!”  

Damar yang datang bersama dengan atasannya-Erdo, hanya bisa menganga melihat alun-alun Kota J yang lebih dari separuh tempatnya kini telah terbakar. Ada sepuluh mobil pemadam kebakaran dengan puluhan anggota pemadam kebakaran yang sibuk lalu lalang memadamkan kobaran api dan menyelamatkan korban yang terkena kobaran api.

“Apinya masih belum padam, Pak.” Setelah mengatur kepalanya untuk memahami situasinya, Damar mulai bicara pada Erdo-atasannya.

“Ya, seperti yang kamu lihat. Apinya masih belum padam.” Erdo membalas.

Setelah mendengar panggilan darurat, Erdo dan Damar tadinya langsung bergegas ke TKP dan berharap bisa langsung melakukan investigasi. Harusnya dari kantor kepolisian ke lokasi alun-alun, hanyan membutuhkan sepuluh menit perjalanan biasa. Kalo memasang sirine pertanda darurat, hanya butuh lima menit untuk tiba di lokasi. Tapi keadaan benar-benar kacau. Jalanan kota macet total. Ada banyak orang di jalanan yang sibuk melihat, sementara yang lain sibuk membantu pemadam kebakaran untuk memadamkan api dan menolong korban.

Masalah lainnya, hari ini adalah hari sabtu yang merupakan satu dari dua hari di mana alun-alun memiliki banyak pengunjung dan penjual. Alhasil … ada banyak hal di alun-alun yang membuat kobaran api semakin kencang. Ditambah lagi … bulan ini adalah bulan Agustus, yang merupakan bulan di mana Kota J memilih intensitas angin yang cukup tinggi.

“Anginnya!! Hei, airnya lagi!! Sebelah sana!!”

Sebagai anggota kepolisian, ini pertama kalinya Damar melihat kebakaran yang benar-benar hebat membakar alun-alun kota. Dan Damar hanya bisa terdiam sejenak sebelum akhirnya ditarik Erdo.

“Hei, Damar! Jangan diam saja! Kita bantu selamatkan korban lainnya!!” teriak Erdo.

“Ah i-iya, Pak.”

Setengah jam kemudian.

Huft!! Ini gila!! Benar-benar gila!! Butuh satu jam lamanya bagi pemadam kebakaran untuk memadamkan api yang menjalar. Satu jam itu adalah satu jam terlama dan tersibuk yang pernah Damar tangani hingga saat ini.

“Tolong, Pak!! Ini sakit!!”

“Akhhh!! Panas sekali! Panas sekali!”

Semenjak setengah jam tadi, mobil ambulans, mobil kepolisian dan mobil bantuan lain datang silih berganti. Mobil-mobil itu sibuk mengantarkan korban ke rumah sakit manapun di Kota J untuk mendapatkan pengobatan. Kebanyakan korban menderita luka bakar yang cukup parah mengingat kobaran api menjalar dengan cepat.

“Damar! Sini!” panggil Erdo.

“Ya, Pak!”

Damar baru saja menghela napas melepas rasa lelahnya karena sejak tadi sibuk membantu pemadam kebakaran, menyelamatkan korban dan mengatur lalu lalang datangnya mobil-mobil yang datang membawa korban ke rumah sakit.

“Kemari!” Erdo-atasan Damar, merangkul Damar dan beberapa kali memukul bahu Damar. “Kerja bagus!”

Lihat selengkapnya