“Jangan khawatirkan masalah cuti dan ijin, kamu urus saja anakmu dulu, Nila! Dia sekarang lebih butuh kamu, Nila!”
Nila yang baru saja turun dari mobilnya, memegang hpnya yang sedang terhubung panggilan dengan atasanya. Karena insiden yang terjadi di karnaval yang juga menimpa keluarganya, Nila harusnya mendapatkan cuti selama seminggu. Akan tetapi karena keadaan kota dan pemerintahan yang sedang kacau, Nila harusnya menunda cutinya lebih dulu. Tapi … hari ini, Nila harus ke rumah sakit karena Nanda sudah bisa pulang. Ditambah lagi Nanda sudah berulang kali mengeluh tidak betah tinggal di rumah sakit.
“Terima kasih banyak, Pak.”
“Nggak usah berterima kasih. Mengingat kinerjamu yang selalu bagus dan apa yang terjadi di keluargamu, aku sebagai atasan hanya bisa membantumu seperti ini saja.”
Setelah cukup berbincang dengan atasannya masalah pekerjaannya, Nila mematikan panggilannya dan hendak berjalan masuk ke dalam rumah sakit untuk mengurus kepulangan Nanda.
“Mama!!” Begitu tiba di kamar rawat putranya, Nanda langsung berteriak memanggil Nila dengan wajah penuh semangat.
“Ya, sayang.” Nila langsung menghampiri Nanda, memeluknya, dan mengecup kening Nanda sebagai tanda kasih sayangnya.
“Hayi ini … Nanda bisa pulang kan, Ma? Nanda sudah bosan di sini, Ma.”
“Ya, sayang. Nanda bisa pulang hari ini. Setelah membereskan baju Nanda, Mama akan mengurus supaya Nanda bisa pulang.” Nila melepaskan pelukannya pada Nanda dan mulai membereskan beberapa barang milik Nanda selama empat hari di rumah sakit.
Oke sip, sudah semua kan?? Sebelum keluar dari kamar Nanda dan mengurus administrasi, Nila sekali lagi memeriksa barang-barang milik Nanda. Baju, handuk, sandal dan mainan? Sepertinya sudah semua.
Krekkk! Setelah memastikan semua barang milik Nanda masuk dalam tas yang jinjingnya, Nila menutup reseleting tas itu dan meletakkan tas itu di samping Nanda.
“Nanda tunggu sebentar di sini yah? Mama mau bilang sama perawat kalo Nanda sudah mau pulang.”
“Ya, Ma.”
Setelah memastikan Nanda duduk manis di ranjangnya dengan satu mainan di tangannya, Nila bergegas ke resespsionis untuk mengurus administrasi Nanda keluar dari rumah sakit.
“Ini tanda terimanya, Bu.”
“Makasih, Mbak.”
Lima belas menit adalah waktu yang dibutuhkan Nila untuk mengurus administrasi Nanda. Lima belas menit itu sebenarnya adalah waktu yang cukup lama mengingat sebelumnya Nila mengurus administrasi mertuanya yang pernah masuk ke rumah sakit, selesai hanya dalam lima menit saja.
Yah … nggak heran lama. Banyak korban ledakan kemarin, keluar dari rumah sakit hari ini. Selesai mengurus administrasi, Nila segera bergegas kembali ke kamar Nanda, menjemput Nanda dan segera membawanya pulang.
Setelah ini … apa yang harus aku katakan pada Nanda tentang dua eyangnya? Saat berjalan kembali menuju ke kamar di mana Nanda menunggu, Nila sibuk dengan benaknya memikirkan cara untuk mengatakan pada Nanda bahwa kedua eyangnya meninggal karena berusaha melindungi Nanda.
“Pak Sani mengalami luka bakar yang cukup parah. Mungkin lokasinya berada sangat dekat dengan ledakan dan api menyambar dari ledakan menyambar Pak Sani. Sayangnya semalam … Pak Sani telah mengembuskan napasnya karena lukanya yang terlalu parah.
“Lalu ibu mertua saya bagaimana, Dok?”
“Ibu Rahayu mengalami beberapa patah tulang sepertinya melindungi cucunya dari injakan kepanikan orang-orang yang berlarian karena ledakan. Sayangnya salah satu tulang rusuknya yang patah mengenai jantungnya. Semalam kami sudah melakukan operasi, sayangnya pagi ini Ibu Rahayu mengembuskan napasnya, Bu. Kami turut berduka cita, Bu.”
Nila ingat percakapannya dengan dokter yang merawat Nanda tiga hari yang lalu. Dan ingatan itu membuat Nila semakin sedih saja. Setahun yang lalu, Nila sudah kehilangan suaminya dan sekarang … Nila juga kehilangan dua mertua yang sangat menyayanginya.
Apa aku ini memang pembawa sial seperti kata Rudi?? Meski selama ini Nila tidak pernah memasukkan kata-kata kasar Rudi, tapi jauh dalam hatinya, Nila berulang kali menanyakan hal itu dalam hatinya. Dan sekarang … Nila semakin yakin bahwa dirinya mungkin memang pembawa sial seperti kata Rudi.
Brak!
Pikiran yang melayang ke mana-mana membuat Nila tidak fokus dengan jalannya menuju ke kamar Nanda.