21 Agustus 2013
Kantor kepolisian Kota J.
Huft!! Damar menghela napas panjang setelah semalaman dirinya memeriksa berkas-berkas penting dari pasien VIP di RS Husada.
“Yang benar saja!!” Erdo tiba-tiba mengeluh dan membuat Damar sadar jika bukan hanya dirinya saja yang sedang merasa lelah.
“Kalo Bapak capek, Bapak bisa istirahat dulu!” Damar menawarkan.
“Aku nggak capek! Cuma kesal saja!”
“Kesal?” Damar mengerutkan keningnya. “Kesal kenapa, Pak? Kesal karena teror bom?”
“Bukan! Aku kesal dengan ini!” Erdo melirik banyak berkas di mejanya dan meja Damar. “Padahal hanya tiga puluh orang! Tapi kenapa … catatan mereka semua bermasalah?? Padahal mereka semua adalah pejabat pemerintahan dan orang penting di kota ini. Tapi tak satupun dari mereka yang ternyata punya catatan bersih. Negara ini sepertinya tidak pintar memilih dan menyaring orang untuk jadi pejabat!”
Yah … Damar membatin dalam benaknya. Ini memang di luar dugaan. Tapi memang beginilah negara ini kan?? Terutama masalah korupsi, sepertinya sudah jadi budaya yang mengakar hingga ke tulang belulang.
Kemarin, Damar punya pemikiran mengenai bom ketiga di mana satu bomnya memiliki daya ledak yang lebih besar dari empat bom lainnya. Damar menduga bom yang meledak di lantai lima RS Husada dan memiliki daya ledak yang lebih besar, adalah bom yang sengaja diledakkan dengan tujuan menghabisi penghuni di lantai lima.
Dengan dugaan itu, Damar, Erdo dan tim penyelidikan kasus bomber kali ini memeriksa daftar pasien VIP di RS Husada. Ada tiga puluh pasien VIP, yang kebanyakan dari mereka adalah pejabat dan tamu penting yang datang ke karnaval dan jadi korban ledakan bom sebelumnya. Hanya saja yang Damar tak pernah duga adalah bahwa tiga puluh orang itu ternyata semuanya memiliki masalah yang kemungkinan bisa menimbulkan dendam. Terutama bagi para pejabat yang berkedudukan tinggi. Bahkan jika pejabat itu punya catatan bersih, maka anggota keluarganya yang punya catatan buruk.
“Akhhh!!!” Damar menguap pertanda rasa kantuknya yang menyerang karena sejak semalam terus memeriksa berkas tiga puluh orang pejabat dan orang penting bersama dengan Erdo dan anggota timnya.
“Pak Erdo!! Sarapan!!” Salah satu rekan tim Damar datang dengan membawa sarapan pagi dan gorengan sebagai camilan.
“Oke sip! Akhirnya datang juga!” Erdo yang sudah merasa capek memeriksa berkas, bangkit dari duduknya dan pindah kursi ke meja bulat din tengah ruangan timnya. “Kopi, kopi!!! Aku juga butuh kopi!”
Mendengar permintaan Erdo, Damar bangkit dari duduknya dan langsung membuatkan beberapa gelas kopi untuk dirinya dan rekan-rekan timnya termasuk Erdo.
“Ini, Pak.”
Setelah membuatkan kopi, Damar bergabung dengan Erdo dan rekannya untuk sarapan bersama.
Fiuh!!! Selesai sarapan pagi, Erdo duduk di tempat merokok dan sibuk menghisap rokoknya untuk membuang rasa kantuk dan lelahnya.
“Mau rokok?” Erdo yang melihat Damar kembali dari kamar mandi dan membersihkan dirinya, langsung menawari Damar rokok miliknya.