Berita hari ini: Setelah serangan teror yang terjadi di RS Husada pada tanggal 19 Agustus 2013, kemarin-tepatnya tanggal 21 Agustus 2013 teror bom terjadi lagi. Kali ini sasaran teror bom adalah kantor kepolisian pusat Kota J yang meledak pada pukul 10.00 pagi.
Tidak seperti tiga teror bom sebelumnya, tidak ada yang tewas dalam teror kali ini. Tapi puluhan polisi yang berada di kantor mengalami banyak luka.
Sama seperti pada kejadian teror bom di RS Husada, polisi dari divisi kejahatan yang namanya dirahasiakan menyadari jika peringatan bahwa bom akan meledak. Dengan sigap, polisi tersebut langsung menyalakan alarm kebakaran sama seperti yang dilakukannya ketika menyelamatkan banyak pasien di RS Husada.
Berkat kepiawaian polisi tersebut, jumlah korban yang jatuh dalam teror bom tersebut tidak sebanyak pada teror bom pertama dan kedua.
Klik!!
Huft!! Komisaris hanya bisa menghela napas setelah kantornya hancur dan kini berada di aula serba guna yang digunakan sebagai kantor darurat kepolisian. Komisaris duduk di kursinya dengan kedua tangannya yang sedang memegang kepalanya.
Damar yang duduk di samping Erdo, dapat dengan jelas melihat bahwa saat ini komisaris sedang frustasi.
“Gimana tangan Bapak?” Damar berbisik bertanya pada Erdo yang kini satu tangannya harus ditahan oleh perban yang dikalungkan di lehernya.
“Ini cuma luka kecil. Tenanglah! Mungkin dua hari lagi, sudah kembali normal.”
“Y-ya, Pak.” Damar memasang wajah sedikit bersalah karena dirinya gagal melindungi atasannya saat teror bom itu terjadi.
“Tenang aja! Aku ini manusia tahan banting! Luka kayak gini … hanyalah luka kecil. Aku pernah terluka lebh parah dari ini sebelumnya, bahkan aku pernah terlibat kecelakaan yang cukup mengerikan belum lama ini dan aku tetap selamat kan?”
“Eh?” Damar kaget mendengar bisikan Erdo. “Kapan, Pak?”
Erdo memiringkan kepalanya sepertinya sedang menghitung kapan tepatnya kecelakaan yang pernah dialaminya. “Mungkin sebulan sebelum kamu datang jadi asistenku.”
Kemarin saat ledakan hendak terjadi, Erdo yang berlari menyelamatkan diri, berlari dengan berteriak di setiap ruang departemen yang dilewatinya untuk memberikan peringatan bahwa bom akan meledak. Erdo melakukan itu karena alarm kebakaran yang berada di dekat ruang kantornya ternyata rusak entah bagaimana. Erdo berteriak dengan menggunakan pengeras suara dan akhirnya sedikit terlambat keluar dari gedung ketika bom meledak.
Selain itu … kebetulan komisaris bersama dengan beberapa petinggi kepolisian kemarin sedang tidak ada di kantor karena harus menghadiri prosesi pemakaman Danis-orang penting Kota J yang mendirikan dan mencetuskan karnaval unik yang jadi ikon utama dari Kota J setiap kali bulan Agustus datang.
“Apa kalian masih belum menemukan petunjuk tentang bomber gila itu?” Komisaris yang tadi sempat diam lama, kini membuka mulutnya dan bertanya dengan nada kesalnya. “Bomber gila itu!! Berani-beraninya dia meneror kantor kepolisian dan membuatnya hancur seperti itu!!”