Kring, kring!!
Hp Damar berdering. Damar buru-buru mengangkat panggilannya ketika melihat nama pemanggil di layar hpnya.
“Ya, Pak.”
“Kamu ke mana saja, Damar?? Kamu nggak lupa kan kita masih punya tugas buat nemuin dan nangkep si bomber gila itu??”
Dari speaker hpnya Damar mendengar suara Erdo yang membentaknya dengan nada tinggi. Ada apa dengannya? Apa dia sedang kesal?
“Tidak, Pak. Saya nggak lupa. Saya sekarang sedang melakukan penyelidikan, saya sedang mencari beberapan informasi dan keterangan dari beberapa orang, Pak.” Damar menjawab dengan jujur.
“Gimana soal wanita itu … sapa namanya, Nila kan? Kamu sudah minta keterangan darinya mengenai musik orkestra yang selalu diputar bomber sebelum bom meledak?”
“Sudah, Pak.”
“Hasilnya?”
“Musik itu memang dimainkan di Teater Raya tepatnya sekitar setahun yang lalu. Beberapa pengunjung lama teater yang saya temui mengatakan hal yang sama dengan kesaksian Nila. Sekarang … saya sedang berusaha menemukan orang-orang yang sedang bekerja di teater itu, Pak. Saya sedang memeriksa kemungkinan bahwa bomber mungkin adalah orang-orang dari teater itu, Pak.” Damar menjelaskan.
“Ya sudah kalo gitu. Kamu lakukan penyelidikanmu dengan benar. Kalo ada apa-apa, hubungi aku!”
Ada yang aneh di sini. Mendengar ucapan dari Erdo-atasannya, Damar merasa ada yang tidak biasa dengan Erdo. “Ada apa, Pak? Apa ada yang terjadi? Apa ada teror dari bomber lagi?”
“Kamu belum buka pesanmu sejak tadi?”
“Belum, Pak. Saya sibuk berkeliling ke sana kemari mencari informasi, Pak. Memangnya ada apa, Pak?”
“Kalo gitu … kamu pasti belum dengar kabar kalo komisaris menghilang semalam?”
“Hah?? Yang benar, Pak?” Damar benar-benar tidak menduga dengan apa yang baru saja didengarnya. “Menghilang? Menghilang gimana, Pak? Diculik atau gimana?”
“Entahlah. Sekarang aku masih melakukan penyelidikan dan pencarian. Kabar terakhir, komisaris semalam pergi ke rumah Danis bersama dengan beberapa pejabat lain. Tapi sepulang dari sana … ternyata komisaris tidak kembali ke rumahnya. Pagi tadi … istri komisaris mengajukan permintaan pencarian dan membuat kantor polisi yang sudah gawat karena teror bom menjadi lebih gawat lagi.”
“Apa perlu saya bantu, Pak?”
“Tidak usah! Fokus saja dengan penyelidikan bomber! Sudah ada terlalu banyak masalah belakangan ini. Dari teror bom yang belum ditemukan pelakunya, kantor polisi yang jadi sasaran teror bom dan membuat kita kehilangan banyak berkas, lalu sekarang … komisaris mendadak menghilang. Ada terlalu banyak masalah dan … kita benar-benar kekurangan orang sekarang karena anggota kita terluka dalam beberapa dua teror bom! Kalo kita tidak membagi tugas, kita tidak akan menyelesaikan satu pun masalah!”
“Bapak yakin tidak butuh saya?” Damar bertanya lagi.