BOMBER: THE CONDUCTOR

mahes.varaa
Chapter #19

BAB 19

Dimulai dengan Rangga, Damar terus memeriksa semua orang yang dilihatnya dari foto lama anggota Teater Raya yang didapatkannya dari surat kabar dan artikel yang tersebar di internet.

Sial!! Andai saja bom tidak meledak di kantor, mungkin aku tidak perlu berkeliling setengah hari ini di bawah terik matahari yang menyengat. Beberapa kali Damar mengeluh dalam benaknya. Tapi meski begitu, Damar tetap melakukan pekerjaannya dengan baik.

Aku lelah!

Ketika langit yang terang sudah berubah menjadi gelap gulita, Damar baru kembali ke kantor kepolisian darurat. Damar duduk di ruang rapat darurat di mana terpajang rincian kasus bomber yang dibuatnya ulang.

Besok …  Damar mengatakan hal itu dalam benaknya. Apa sesuatu akan terjadi besok?

“Kamu sudah kembali, Damar?” Salah satu rekan Damar yang bertugas berpatroli di kota, baru saja kembali dan menyapa Damar.

“Ya.” Damar membalas. “Bagaimana dengan Pak Erdo? Apa dia belum kembali?”

“Tadi … dia sempat kembali. Tapi pergi lagi karena harus melakukan pencarian. Kamu pasti tahu kan kalo Pak Komisaris menghilang?”

Damar menganggukkan kepalanya. “Ya, aku tahu. Sudah ada petunjuk?”

“Sudah. Pak Erdo membawa menemukan jejak terakhir yang mengarah pada Komisaris. Sepertinya … seseorang menculik komisaris semalam dan membawanya keluar kota.”

“Hah??” Damar kaget mendengar keterangan itu. “Diculik dan dibawa keluar kota? Motifnya, apa motifnya?”

Kedua bahu rekan Damar itu terangkat bersamaan pertanda bahwa dirinya tidak punya jawaban untuk pertanyaan Damar. “Entahlah. Pak Erdo tidak bilang apa-apa. Kami semua di sini hanya tahu sebatas itu saja. Sisanya … hanya anggota yang ikut dalam pencarian saja yang tahu. Bagaimana denganmu sendiri? Penyelidikan bomber sudah membuahkan hasil?”

“Aku sudah menemukan calon tersangka. Sekarang aku sedang melacaknya.” Damar menjawanb singkat. “Bagimana dengan patroli hari ini? Apa tidak ada yang mencurigakan?”

“Boro-boro menemukan hal yang mencurigakan, kota benar-benar sepi. Hanya ada segelintir orang yang berani keluar dari rumah terutama di malam hari. Dibandingkan dengan dulu … kota ini sudah seperti kota sekarat yang kehilangan penduduknya.”

Benar juga.  Damar ingat bagaimana setengah hari tadi dihabiskan untuk pencariannya dan kebanyakan orang sedang berada di dalam rumahnya. Damar bahkan harus menunjukkan kartu tanda kepolisiannya agar setiap rumah yang didatanginya mau memberikan keterangan padanya.

“Aku harap bomber itu bisa segera ditangkap. Aku benar-benar penasaran dengan alasan dibalik perbuatannya yang nyaris menghancurkan kota ini.”

Setelah percakapan kecilnya berakhir, Damar membersihkan dirinya dan bersiap untuk mengistirahatkan tubuhnya  sejenak setelah berkeliling setengah hari di bawah teriknya matahari. Tapi setelah berbaring di atas ranjang kamar jaga, Damar tidak bisa memejamkan matanya. Benaknya sibuk memikirkan banyak hal yang didapatkannya hari ini.

Sial!!  Damar yang tidak bisa tidur, membuka kembali buku catatannya dan melihat hasil penyelidikannya hari ini.

 

Anggota Teater Raya terdiri dari 30 orang.

Setelah kematian Diva, Teater Raya kehilangan pamornya dan kemudian bangkrut dua bulan kemudian. 22 orang anggotanya kemudian keluar kota karena mendapatkan tawaran dari berbagai tempat. 7 orang tetap tinggal di kota ini dan bekerja di sini. Sementara yang tersisa hanyalah 1 orang yang menghilang tanpa kabar: Rangga-kekasih Diva.

 

 Srek! Damar membalik halaman dari catatan miliknya dan melihat catatan yang dibuatnya berdasarkan catatan milik Laksana.

 

Laksana-polisi. Meninggal setahun lalu, kecelakaan.

Hubungannya dengan Diva??

Kasus yang dikerjakannya sebelum meninggal?

Lihat selengkapnya