BOMBER: THE CONDUCTOR

mahes.varaa
Chapter #21

BAB 21

“Bisa saya ikut, Pak? Saya ingin mendengar sendiri apa yang terjadi pada suami saya?”

Tadinya Damar tidak ingin Nila ikut dalam penyelidikannya. Selain karena peraturan yang memang tidak mengijinkan kecuali keadaan darurat, Damar juga memikirkan keselamatan Nila. Jika memang benar kematian Laksana yang dianggap sebagai kecelakaan, nyatanya bukanlah kecelakaan, maka hal itu nantinya mungkin akan membahayakan Nila dan mungkin putranya.

Selain itu ada alasan lain kenapa Damar tidak bisa mengajak Nila saat ini, karena komisaris sedang dalam pencarian dan masalah ini harusnya merupakan rahasia kepolisian saja, mengingat saat ini Kota J sedang dalam keadaan kacau.

Tapi …

Kring, kring!!

Hp Damar berdering ketika Damar berusaha memberikan pengertian pada Nila untuk tidak ikut dalam penyelidikannya yang sedang berusaha menemukan bomber sekaligus mempertanyakan kematian Laksana-suami Nila.

“Kenapa kamu lama sekali angkat panggilannya, Damar?”

Damar mendengar suara rekannya yang harusnya berjaga di kantor kepolisian darurat dan nada bicaranya terkesan panik. “Aku sedang pergi menyelidiki bomber. Ada apa? Apa terjadi sesuatu selagi sibuk?”

“Pak Erdo sudah menemukan orang yang menculik Pak Komisaris.”

“Apa sudah ketemu? Aku sekrang sedang butuh bertemu mereka, ada yang ingin aku tanyakan.”m

“Masalahnya … orang yang menculik Pak Komisaris meminta Pak Erdo bertemu di gedung Teater Raya.”

Teater Raya?? Kenapa? Jangan bilang pelakunya memang dia?  Damar terkejut mendengar perkataan rekannya dari panggilan yang menghubungkannya. “Kenapa di sana? Bukannya kamu bilang Pak Erdo sedang melacaknya di luar kota?”

“Entahlah, aku tidak tahu detailnya. Setelah kamu pergi tadi, Pak Erdo mendadak kembal karena menemukan surat yang ditinggalkan pelaku. Dalam surat itu, Pak Erdo diminta datang ke Gedung Teater Raya. Hanya saja … “

“Hanya saja apa?” Damar penasaran.

“Pelaku meminta dua orang saja yang datang demi keselamatan komisaris. Satu orang adalah Pak Erdo dan satu orang lagi adalah kamu, Damar!”

“Aku? Kenapa aku?” Damar punya kecurigaan tapi kecurigaan itu masih terbukti.

“Ya, kamu. Pelaku meminta orang yang berhasil menyelamatkan banyak orang di dua teror bom terakhir untuk datang. Jika kamu tidak datang segera, Pak Erdo dan komisaris mungkin akan berakhir kehilangan nyawanya.”

“Apa maksud-“ Damar menghentikan ucapannya yang belum selesai karena dugaan dalam benaknya kini mulai terbukti. ““Jangan bilang kalo di dalam gedung itu terpasang-“

“Seperti dugaanmu, Damar. Lima bom yang membuatmu penasaran sepertinya mengarah pada lima lokasi dan lokasi terakhir adalah gedung di mana komisaris dan Pak Erdo berada.”

“Kalian sudah memastikannya?” tanya Damar memastikan dugaannya.

“Ya, di pintu masuk terdeteksi ada bom yang sama dengan teror bom sebelumnya-RDX. Dan mungkin di dalam sudah ada empat bom lagi. Sekarang semua polisi berkumpul di dekat gedung karena menduga penculik komisaris adalah bomber yang sedang kita cari! Damar, cepatlah kemari! Pak Erdo baru saja masuk ke dalam gedung!”

“Aku mengerti, aku akan segera ke sana!” 

Damar mematikan panggilannya yang terpaksa diangkatnya tidak jauh dari tempat di mana Nila berdiri menunggu keputusan darinya.

Lihat selengkapnya