Prok, prok!!!
Tepuk tangan terdengar bersamaan dengan senyuman puas dari pria yang kini duduk dengan santai di panggung besar gedung teater.
Ini adalah pertama kalinya Damar masuk ke dalam Gedung Teater Raya. Meski sudah lama kosong dan sudah lama tidak digunakan, Damar dapat melihat kemegahan tempat ini dan bisa membayangkan dengan mudah gedung ini ketika banyak didatangi oleh penonton.
“Tebakanmu benar, Pak Polisi. Tidak salah selama beberapa waktu ini aku terus memperhatikanmu, Pak. Setelah melihat aksimu pada karnaval waktu itu, aku cukup tertarik padamu. Aku benar-benar tidak menyangka ternyata masih ada polisi yang mengerjakan tugas mereka dengan benar di jaman sekarang!”
“Hanya karena kamu kehilangan kepercayaanmu pada polisi, bukan berarti semua polisi di luar sana busuk! Di luar sana masih ada polisi yang mengerjakan tugas mereka dengan baik!”
Prok, prok!!
Rangga memberi tepuk tangannya lagi pada Damar, lengkap dengan senyuman puasnya. “Aku memang tidak pernah salah menilai orang. Kamu … mirip dengan Laksana.”
Aku mirip dengan Laksana? Kenapa? Apa dia mengenal Laksana? Damar bertanya dalam benaknya sembari melihat sekeliling gedung dan berusaha menemukan komisaris dan Erdo. Tapi sayangnya … Damar tidak menemukan dua orang itu dan mulai panik. “Di mana Pak Komisaris dan Pak Erdo?”
Klik! Rangga mengangkat tangannya ke atas dan tidak lama kemudian tirai di sisi kanan dan kiri panggungnya berada, terbuka dan memperlihatkan komisaris dan Erdo pada Damar dan Nila.
“Pak!!!” Damar melihat secara bergantian ke arah komisaris dan Erdo. “Bapak tidak apa-apa kan?”
Erdo terkekeh sembari mengangkat kedua tangannya yang diborgol pada tiang penyangga panggung. “Selain ini, keadaanku baik-baik saja.”
“Syukurlah.” Damar merasa lega melihat atasannya baik-baik saja. Setelah memeriksa Erdo, Damar menoleh ke arah komisaris yang juga mengalami hal yang sama dengan Erdo: kedua tangannya diborgol di tiang penyangga panggung. “Bapak Komisaris bagaimana?”
“A-aku baik-baik saja.” Komisaris menjawab lemah.
“Syukurlah.” Setelah memastikan dua atasannya dalam keadaan baik-baik saja, Damar kembali fokus melihat ke arah Rangga. “Apa yang kamu inginkan, Rangga? Kenapa kamu menangkap komisaris dan Pak Erdo, dan memintaku datang kemari?”
“Hasil penyelidikanmu, Pak polisi. Aku ingin itu. Jika hasil penyelidikanmu sesuai dengan apa yang terjadi tahun lalu, aku akan membebaskan dua orang ini. Seperti yang kamu lihat di atas pintu masuk tadi, ada empat bom lain di dalam gedung ini. Dua di bagian atas di tempat duduk penonton, satu di atas panggung ini dan satu lagi, di pintu belakang panggung yang akan jadi pintu keluar kalian. Pak polisi hanya perlu menjelaskan hasil penyelidikan Bapak dan jika hasil penyelidikan itu sesuai dengan apa yang terjadi tahun lalu, aku akan memberikan dua kunci borgol mereka dan membiarkan kalian pergi. Bagaimana? Mudah kan?”