Di sisi luar gedung teater.
“Ini sudah setengah jam kenapa masih belum ada yang keluar?”
“Kami tidak tahu, Pak. Semua pintunya terkunci, Pak!”
“Bagaimana dengan penyadap yang dipasang di tubuh Damar dan Nila? Apa kalian tidak mendengar apa yang terjadi di dalam, Pak?”
“Tidak, Pak. Kami tidak bisa mendengar apapun! Sinyalnya terganggu, Pak.”
Rekan Damar yang bertugas dan siaga di luar gedung teater hanya bisa menahan rasa kesalnya. “Sial!!! Akhirnya aku tahu kenapa bomber memilih tempat ini sebagai lokasi!!”
Gedung ini adalah gedung lama dengan struktur yang kuat. Selain itu karena sebelumnya digunakan sebagai teater yang mana bagian dindingnya kedap suara dari luar, gedung ini juga punya dinding dan pintu yang kokoh demi melindungi penonton di dalamnya jika sesuatu yang buruk terjadi di luar selama pertunjukan. Tidak hanya itu saja, bagian jendelanya terdiri dari dua lapis dengan bagian dalamnya adalah kaca anti peluru yang tahan guncangan. Di tahun 2005 ketika gempa besar melanda kota ini, bangunan ini adalah satu di antara beberapa bangunan lama yang sama sekali tidak menerima kerusakan dan berhasil melindungi banyak orang di dalamnya ketika pertunjukan berlangsung.
Rekan Damar melihat bangunan gedung teater yang masih berdiri kokoh bahkan setelah setahun ini tidak dirawat. Bangunan ini bisa melindungi banyak orang di dalamnya jika sesuatu yang buruk terjadi di luar. Tapi bagaimana jika di dalam terjadi sesuatu? Apa yang akan terjadi jika bom itu meledak di dalam??
Rekan Damar hanya bisa menggelengkan kepalanya karena pikiran dalam benaknya itu. “Cepat cari cara!! Kita harus segera menyelamatkan Pak Komisaris dan yang lain di dalam!!!”
*
“Bukankah Diva bunuh diri di tengah pertunjukannya?” Nila tiba-tiba angkat bicara setelah menenangkan dirinya. Sama seperti Damar, Nila juga sama terkejutnya mendengar ucapan Rangga mengenai Diva yang ternyata mati bukan karena bunuh diri.
“Ya, itu memang benar. Diva memang mencoba bunuh diri di tengah pertunjukan. Pertunjukan waktu itu ada adegan di mana tokoh utama meminum racun. Di saat kami semua sibuk mempersiapkan pertunjukan, Diva mengganti minuman yang digunakan sebagai properti untuk racun dengan racun yang sebenarnya!”
Nila yang masih tidak paham bertanya lagi pada Rangga. “Diva memang bunuh diri, tapi kenapa kamu bilang Diva mati bukan karena bunuh diri?”
“Salah satu anggota teater kami adalah mantan perawat, jadi dia menghentikan teater ketika melihat keanehan Diva yang aneh dan tidak biasa. Dia memberikan bantuan pertama dan segera memanggil ambulance untuk menyelamatkan nyawa Diva. Saat itu … kami harus segera membawa Diva ke rumah sakit untuk menyelamatkan nyawanya.”
Tunggu! Tunggu sebentar! Benak Damar merasa menangkap sesuatu. Benak Damar memutar ingatannya ketika mendatangi perpustakaan umum dan melihat berita mengenai kematian Diva. Damar ingat bagian depan koran itu dihiasi berita utama karnaval tahun lalu yang bertepatan dengan hari bunuh diri Diva.
Harus segera membawa Diva ke rumah sakit, lokasi rumah sakit terdekat, lokasi gedung teater ini, jalan yang terpendek dari gedung teater ini menuju ke rumah sakit terdekat. Damar menatap Rangga dengan tatapan penuh tanda tanya dalam benaknya. Karnaval besar, polisi berjaga, jalanan ditutup, jalanan memutar, keadaan darurat. Damar kemudian melihat ke arah Erdo dan komisaris. Karnaval, kebanggaan kota, dan penghargaan.
“Karnaval itu … “ Damar tiba-tiba membuka mulutnya. “Hari di mana Diva bunuh diri adalah hari di mana karnaval unik itu diadakan. Hari itu juga adalah hari di mana kota ini dan Danis mendapatkan penghargaan. Kamu bilang Diva dibawa ambulans dan harus segera ke rumah sakit untuk menyelamatkan nyawanya kan?”