BONO 13.15

Onet Adithia Rizlan
Chapter #1

KEPALA GUDANG

Sungguh bahagia dan bangganya Rizal bisa bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit yang merupakan penanaman modal asing milik Malaysia. Selain bergengsi, gaji dan bonusnya juga lumayan besar.

Bahkan sejak ia bekerja sebagai kepala gudang di perusahaan perkebunan sawit tersebut, Rizal sudah bisa mengirimkan uang setiap bulan kepada orangtuanya di Medan. Karena bapak sudah pensiun dan Rizal yakin uang pensiun itu tidaklah cukup untuk membiayai adik bungsunya yang masih kuliah sementara itu masih ada adik perempuannya yang belum bekerja meski sudah selesai kuliah dan sampai sekarang masih menjadi pengangguran. Untunglah Rizal sudah berhasil mentas dan terbang tinggi meninggalkan rumah. Dia merasa beruntung bisa mendapatkan kerja di tengah beratnya persaingan mendapatkan pekerjaan sekarang ini.

Rizal masih melamun di ruang kerjanya yang berukuran 5x5 meter di sebuah bangunan kantor terbuat dari kayu, tapi bentuknya permanen seperti layaknya ruangan kantor pada umumnya dan orang-orang kebun menyebut bangunan kantor itu long house karena memang bentuk bangunannya memanjang seperti gerbong kereta api. Sedangkan ruang kerja Rizal berada di bagian pinggir ujung sebelah timur. Di bangunan panjang tersebut terdapat ruang kerja manajer kebun, asisten kepala dan ruang kerja para asisten divisi, kepala gudang serta kantin dan kamar tidur untuk tamu perusahaan yang datang dan menginap di kebun, berada di sayap bangunan sebelah timur dan barat. Ruang kerja kepala gudang berada di antara kamar tidur tamu di sayap timur dengan ruang kerja asisten divisi tiga.

"Pak Rizal," terdengar suara orang memanggil disertai dengan ketukan pelan di pintu.

"Masuk," sahut Rizal malas-malasan.

Suara yang memanggilnya tadi adalah suara Bu Bariah pekerja kantin yang selalu mengantarkan kopi setiap pagi dan sore ke ruang kerja manajer dan semua staf. Di kantin ada tiga pekerja yang mengurusi makan dan minum para staf kebun. Mereka adalah Mak Ucu, Bu Bariah dan Novianti yang lebih muda dan belum bersuami. Sedangkan Mak Ucu dan Bu Bariah keduanya sudah menjanda dan berusia separuh baya.

Perlahan pintu ruang kerja Kepala Gudang terbuka dan Bu Bariah masuk sambil membawa nampan berisi beberapa gelas kopi dan teh. Memang kebiasaan Bu Bariah selalu mengantarkan kopi atau teh untuk para staf kebun selalu dari ruangan yang paling ujung. Hal itu sudah sering diperhatikan oleh Rizal dan mempertanyakannya, tapi jawaban Bu Bariah selalu tidak memuaskan.

" Dari ujung lagi ngantar kopinya?" tanya Rizal iseng.

"Sama saja, Pak. Mau dari ruangan paling ujung atau ruang kerja yang paling dekat dengan kantin, semua kopi atau teh selalu disuguhkan masih dalam keadaan hangat," sahut Bu Bariah beralasan.

Lihat selengkapnya