Rizal merasa jenuh setelah hampir sejam memeriksa laporan stock opname dari gudang. Ia mengangkat cangkir kopi yang ada di meja kerjanya lalu menghirupnya sedikit. Tiba-tiba terdengar panggilan dari handy talkie yang terselip di pinggangnya.
"Pak Riz gudang, monitor?'
"Masuk, gudang monitor," sahut Rizal cepat.
"Boat Perdana perlu BBM, Pak Darman maru pergi ke Saka Pasir," sahut suara dari seberang sana.
Rizal mengenali suara lawan bicaranya saat itu dan apa yang dibicarakan. Orang itu adalah Komandan Security yang mengatakan bahwa Boat Perdana, kendaraan dinas Pak Darman, manajer kebun yang akan pergi ke kantor pusat di daerah Saka Pasir memerlukan bahan bakar.
Saka Pasir dengan estate Malapari hanya diipisahkan oleh sungai Kateman yang lebarnya sekitar 20 meter. Boat Perdana akan diangkat dari kanal wilayah Estate Malapari di Pos B2 lalu diturunkan ke Sungai Kateman yang memisahkan kedua daratan, setelah boat sampai di seberang sungai kemudian Boat Perdana akan di angkat lagi lalu diturunkan ke kanal yang berada di Pos B1, wilayah Saka Pasir. Begitulah sulitnya mobilitas di daerah perkebunan sawit tempat Rizal bekerja. Semuanya harus melalui jalan air tidak ada jalan darat di daerah ini. Kecuali di areal emplasemen Di mana bangunan kantor, pergudangan, klinik dan perumahan staf dihubungkan dengan jalan darat dari satu tempat ke tempat lainnya. Jalan itu berupa tanah gambut yang sudah dikeraskan.
"Request form untuk pengisian BBM sudah ditandatangani?" tanya Rizal dari handy takie.
"Sudah, Pak. Request form-nya ada pada saya," sahut Pak Arif Komandan Security.
" Ya, sudah. Bawa ke gudang di sana ada Purwanto," ujar Rizal memberi arahan.
"Baik, saya akan suruh Ruslan langsung menuju gudang," sahut Pak Arif Komandan Security itu.
Ruslan adalah driver boat Perdana kendaraan dinas Pak Darman. Ruslan selalu menerima perintah melalui Komandan Security. Begitulah kakunya Pak Darman kepada driver boat -nya sendiri. Ia selalu melibatkan pihak security setiap kali ingin memberi perintah kepada Ruslan driver pribadinya yang memang disediakan oleh perusahaan.
Rizal memutuskan pembicaraan dan kembali menyelipkan handy takie ke pinggangnya. Dari kejauhan terdengar suara mesin boat yang baru dinyalakan kemudian terdengar jelas meski sayup-sayup boat itu melintas di depan long house. Rizal berdiri lalu bergegas keluar dari ruang kerjanya. Di luar ia berdiri pada selasar bangunan panjang tersebut. Ia melihat ke arah depan, melintasi halaman long house yang luas, di kejauhan terlihat boat Perdana berwarna orange dan putih melintas cepat mengarungi kanal. Boat Perdana yang akan mengisi bahan bakar di gudang BBM.
"Pak Riz," Pak Sukur yang baru keluar dari ruangan manajer menegur Rizal yang sedang berdiri di selasar persis di depan pintu ruang kerjanya. Rizal menoleh ke samping, menatap Pak Sukur berjalan di selasar yang memanjang dari ujung ke ujung mendekati posisi Rizal berdiri.