BONO 13.15

Onet Adithia Rizlan
Chapter #20

PERLAWANAN

Rizal mendengar sendiri pengakuan dari Rukmini yang berhasil lolos dari percobaan rudapaksa yang dilakukan oleh Pak Darman ketika Minggu lalu mereka pergi ke Sungai Guntung, kota kecamatan yang jarak tempuhnya sekitar satu jam dari Estate Malapari.

Rukmini tidak meneruskan ceritanya, ia masuk kembali ke dalam rumah katanya ingin membuatkan kopi untuk Rizal terlebih dahulu.

Sepeninggal Rukmini, Rizal duduk di beranda rumah dinas Rukmini dan Via, perawat di klinik Estate Malapari, yang juga masih lajang dan berbagi tempat tinggal dengan Rukmini.

Dari kejauhan terlihat rombongan buruh baru pulang dari kerja kerja lembur, sedang turun dari long boat. Mereka memenuhi Jetty berdiri dan ngobrol sambil menunggu temannya yang belum turun dan masih berada di atas long boat. Rizal selalu memperhatikan setiap kali buruh-buruh lapangan itu pergi atau pulang kerja. Melihat kesibukan seperti itu menjadi semacam hiburan buatnya. Menambah semangat kerja di hati Rizal.

Rukmini keluar dari dalam rumah sambil membawakan secangkir kopi dan meletakkannya di meja beranda.

"Ngopi dulu, Pak Riz," Rukmini tersenyum meski terlihat dipaksakan.

Rizal bergerak membetulkan letak duduknya kemudian mengambil cangkir kopi dan meminum isinya sedikit. Setelah meletakkan cangkir kopi di tempatnya semula, kemudian Rizal menatap Rukmini.

"Teruskan cerita yang tadi," desak Rizal.

Rukmini tidak langsung bercerita. Dia terdiam sejenak dan Rizal masih memandangi Rukmini.

"Saya tidak bisa menyimpan cerita ini sendiri, tapi saya juga harus realistis untuk tidak menyimpannya sendiri. Itu akan membuat saya takut. Cuma saya juga tidak ingin sembarangan cerita ke setiap orang. Itu sama saja saya mempermalukan diri sendiri."

"Kamu sempat dirudapaksa, Pak Darman?" sela Rizal cepat.

Rukmini menggeleng.

"Saya berteriak minta tolong dan petugas hotel datang membantu."

Rukmini melirik ke arah rumah dinas Pak Darman yang berada di sebelah kanan depan. Dari beranda rumah Rukmini terlihat beranda belakang rumah Pak Darman.

Rizal coba menggambarkan peristiwa itu di benaknya. Hotel di Sungai Guntung bukan seperti hotel di kota-kota besar. Bertingkat tinggi dengan privasi yang terjaga. Hotel di kota kecamatan Guntung itu, lebih mirip penginapan biasa berbentuk bangunan satu lantai dan berimpitan dengan pasar dan rumah penduduk. Bangunannya juga tidak kedap suara, itulah sebabnya ketika Rukmini berteriak, petugas hotel segera datang memberikan bantuan

"Setelah itu apa yang dilakukan Pak Darman?" Rizal masih penasaran.

"Pak Darman langsung mengajak saya pulang dan kepada petugas hotel dia beralasan ada salah paham antara kami."

Rizal tertawa sinis.

"Dasar buaya darat!"

"Saya tidak kuat bertahan di tempat ini, Pak Riz," Rukmini terlihat ringkih dan tak berdaya.

"Lalu kamu mau bagaimana?"

"Saya mau resign saja.

Lihat selengkapnya