BONO 13.15

Onet Adithia Rizlan
Chapter #21

PENYELIDIKAN DIMULAI

Ketika meeting pagi dengan seluruh staf, Pak Darman selaku manajer kebun, selalu menyudutkan Rizal tentang hasil audit yang menemukan selisih BBM mencapai satu ton. Meski Rizal menampik tuduhan bahwa ia telah menggelapkan BBM dan meminta waktu untuk membongkar siapa pelaku yang telah membobol gudang, tetapi Pak Darman tetap meyakini bahwa Rizal pelakunya.

"Kantor pusat memberikan saya waktu tiga hari untuk membuktikan bahwa saya tidak bersalah."

Setelah meeting pagi dengan seluruh staf di ruang kerja Pak Darman, Rizal langsung menuju gudang untuk memulai penyelidikannya.

Rizal masuk ke gudang ketika Purwanto sedang asyik bermain catur dengan salah seorang buruh yang bolos kerja, bagi perusahaan tidak masalah kalau butuh harian bolos toh, kalau tidak bekerja mereka tidak akan mendapatkan upah. Cuma hal itu akan mempengaruhi kinerja divisi dan akan mempengaruhi hasil produksi.

Ketika melihat Rizal masuk ke gudang, Purwanto langsung menghentikan permainan dan menutup papan catur lalu tanpa basa-basi buruh yang menjadi kawan main catur Purwanto bergegas meninggalkan gudang.

"Sekarang jam kerja, kenapa kamu mengundang masuk orang lapangan masuk ke gudang?" Rizal mencecar bawahannya itu.

"Dia dari divisi empat, anggotanya Pak Manik," sahut Purwanto gugup.

"Saya nggak tanya dia dari divisi mana. Yang saya tanya, kenapa kamu main catur dan mengundang orang masuk ke gudang? Kamu tahukan gudang itu area terbatas, dilarang masuk bagi yang tidak berkepentingan?"

Rizal sangat kesal melihat Purwanto, apalagi mendengar bahwa buruh yang bermain catur denganmya adalah anggota Pak Manik. Orang kepercayaan Pak Darman yang sok kuasa karena merasa dekat dengan manajer.

"Ini peringatan terakhir. Kalau sampai kamu kedapatan memasukkan orang yang tidak berkepentingan ke dalam gudang, apalagi bermain catur seperti ini, kamu akan saya ganti,"ujar Rizal marah.

Rizal melangkah ke susunan drum di pojok gudang bagian depan dekat pintu masuk. Sedangkan Purwanto bergegas ke meja kerjanya dan mengambil stock card berwarna merah.

"Stock card itu sudah tidak update!" ujar Rizal masih kesal.

"Ini catatan saya yang kemarin, Pak," Purwanto berusaha meyakinkan Rizal.

Namun Rizal tak mendengarkan keterangan Purwanto. Ia sibuk mengetuk-ngetuk badan drum satu persatu. Sampai pada bagian susunan drum paling dalam yang menempel pada dinding

Tiba-tiba Rizal berhenti memeriksa drum dan berpaling menatap Purwanto.

"Stock card itu sesuai dengan hasil audit terakhir?"

Purwanto menggulangguk.

"Benar, Pak."

"Berarti jumlah BBM minus satu ton?" Rizal memastikan.

"Iya, Pak."

Purwanto menunduk mukanya.

"Sekarang saya minta kamu jujur. Kemana raibnya BBM yang satu ton itu?" Rizal berusaha persuasif.

Purwanto terdiam.

"Siapa yang harus bertanggung jawab dengan kehilangan ini?" Rizal melanjutkan pertanyaanny kepada Purwanto.

Lihat selengkapnya