BONO 13.15

Onet Adithia Rizlan
Chapter #23

PERAN EDI BADAK

Edi Badak sedang berkunjung ke rumah Imelda, pada kesempatan itu Imelda mengingatkan agar Edi Badak tidak lagi membawa Rizal bertemu dengan Aina. Tentu saja Edi Badak terkejut. Ia merasa Aina memang pantas bersama Rizal. Dia punya pekerjaan yang bagus dan penghasilan yang baik. Tentu saja nasib Aina akan berubah jadi lebih baik dari keadaan yang sekarang, bila ia menjadi istrinya Rizal, sebab Aina cuma anak petani kelapa yang mengolahmya menjadi kopra. Paling tidak dengan menikah dengan seorang staf di perusahaan perkebunan, Aina bisa naik kelas dan tinggal di rumah dinas yang sudah dilengkapi dengan perabotan modern, tentu keadaannya berbeda dengan rumah orangtuanya yang berada di pinggir sungai.

Begitulah yang ada di pikiran Edi Badak. Lalu ketika mendengar bahwa orangtua Aina tidak menyukai Rizal tanpa sebab yang jelas, Edi Badak jadi penasaran.

"Apa alasannya Rizal tidak disukai orangtuanya, Aina?" Edi Badak penasaran.

Imelda cuma menggeleng pelan.

"Aina tidak berkata apa-apa tentang hal itu."

"Apa mungkin nggak ada alasannya terus dilarang bertemu?" Edi Badak geleng-geleng kepala dan tertawa sendiri.

"Kita juga nggak bisa memaksa Aina untuk berterus terang kenapa ia dilarang bertemu dengan Bang Rizal." Imelda beralasan.

 "Ya, harus dicari tahulah," Edi Badak berkeras.

Imelda kesal melihat kekasihnya itu.

"Lucu Abang inilah. Apa hak kita harus tahu alasannya, kenapa Bang Rizal tidak boleh bertemu dengan, Aina?"

"Ya, sudah. Nanti Abang bilang sama, Pak Rizal. Dia tidak boleh bertemu lagi dengan, Aina. Abang pikir, Pak Rizal sendiri nggak apa-apa. Dia bisa mencari perempuan lain. Itu sangat mudah baginya. Dia orangnya gagah, berpendidikan, berasal dari kota dan punya pekerjaan yang bagus dan punya masa depan. Aina yang rugi kalau gak jadi dengan Pak Rizal," ujar Edi Badak memanas-manasi Imelda.

Imelda tampak terpengaruh.

"Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga ya, Bang. Sayang sekali rasanya, Aina cantik seperti itu, tapi dapat suami orang-orang kampung sini juga dan pekerjaannya serabutan. Kalau dia menikah dengan orang susah hidupnya pasti menderita, tentulah Aina cepat kelihatan tua," Imelda geleng-geleng kepala sendiri.

"Makanya kita bantu dia supaya jadi istri Pak Rizal," Edi Badak memprovokasi.

"Nantilah kita cari bagaimana caranya mempertemukan Aina dengan Bang Rizal, tapi orangtuanya jangan sampai tahu," ujar Imelda merencanakan sesuatu

***

Edi Badak sengaja datang ke rumah dinas Rizal pada malam hari selepas sholat isya.

"Apa kabar, Pak Riz?"

Rizal menerima kedatangan Edi Badak dengan sedikit curiga biasanya kalau dia datang malam hari seperti ini, pasti mau pinjam duit.

Edi Badak senyum-senyum memandang Rizal yang masih mengenakan kain sarung karena baru selesai sholat isya di masjid emplasemen.

"Kalau badak sudah senyum-senyum, pasti ada maksud tersembunyi ini," Rizal langsung berkomentar sebelum Edi Badak bersuara.

"Oi, tidaklah, Pak Riz. Kenapa curiga seperti itu pulak?" Edi Badak garuk-garuk kepala.

Lihat selengkapnya