BONO 13.15

Onet Adithia Rizlan
Chapter #24

PERGI KENDURI

Kenduri sunatan adiknya Imelda membuat Edi Badak punya cara untuk mempertemukan Aina dengan Rizal di tempat kenduri, di rumahnya Imelda. Namun Edi Badak kesulitan untuk mengajak Rizal pergi dan ia hampir putus asa, lalu mengeluarkan ancaman tidak akan mau bersaksi untuk pencurian BBM yang dilakukan oleh Pak Manik atas perintah manajer kebun yaitu pak Darman.

Edi Badak masih berdiri di ujung tangga rumah panggung tempat tinggal Rizal. Ia berada di halaman sedangkan Rizal duduk di kursi beranda, lagi bersantai setelah pulang kerja.

"Kalau Pak Riz, tak mau ikut kenduri ke rumah imelda, aku pun tak mau jadi saksi untuk membongkar kasus pencurian BBM yang dilakukan oleh Pak Manik."

"Kau mengancam saya, Badak?" Rizal bereaksi.

"Oi, Pak. Siapo pulo yang nak mengancam, Bapak. Mano aku berani. Pangkat Bapak lebih tinggi daripada aku lagi?" Edi Badak senyum-senyum.

"Terus yang kau tak mau jadi saksi atas kejahatan Pak Manik dan Pak Darman tadi apa, bukannya itu ancaman supaya saya mau ikut kenduri di rumah Imelda, calon bini kau itu?" Rizal melepaskan geram hatinya kepada Edi Badak.

Lelaki gembul bernama Edi Badak itu cuma tertawa saja.

"Habis susah kali mau mengajak Pak Riz, padahal untuk kepentingan Pak Riz sendirinya itu."

"Kepentingan apa pulak?" Rizal menolak.

Edi Badak pun menceritakan bahwa ia dan kekasihnya yang bernama imelda sangat berkeinginan Rizal dan Aina berjodoh. Supaya persahabatan di antara mereka akan berlanjut terus sampai tua.

"Kalau Pak Riz menikah dengan Aina dan aku pulak menikah dengan Imelda. Kita kan jadi tinggal sama-sama di emplasmen kebun. Walaupun Aina tinggal bersama Pak Riz, di rumah dinas staf, sedangkan Imelda tinggal di perumahan buruh bersamaku. Pasti mereka tidak akan merasa sendirian karena ada teman sekampungnya yang tinggal di emplasmen yang sama."

Rizal terdiam berusaha memahami kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh driver long boat itu.

"Kenapa pula harus merasa sendirian, di emplasemen ini kan banyak orang?" Rizal berkomentar.

Edi Badak tersenyum senang karena Rizal sudah masuk perangkapnya.

"Itu artinya Pak Riz, tidak khawatir kalau nantinya Aina menjadi canggung dan merasa sendirian, tinggal di perumahan dinas bersama, Pak Riz? Karena di sini banyak istri staf yang lain dan akan menjadi teman Aina, begitu?"

Edi Badak senyum-senyum sedangkan Rizal terbodoh merasa sudah dijebak oleh kalimat Edi Badak sebelumnya.

"Kau menjebak saya, Badak?" Rizal baru menyadari bahwa kalimat Edi Badak telah membuatnya merasa terjebak.

"Siapa yang menjebak? Itu sebenarnya adalah suara hati dari alam bawah sadar, Pak Riz sendiri. Kalau Aina memang sudah masuk radar pengintaian, Pak Rizal. Bukan begitu?" Edi Badak senyum-senyum lagi.

"Bukan!" sela Rizal geram bercampur kesal.

Lihat selengkapnya