BONO 13.15

Onet Adithia Rizlan
Chapter #26

PERTEMUAN

Ketika acara berdoa selesai dan Si Amin adik bungsunya Imelda sudah ditepungtawari oleh setiap undangan yang menghadiri kenduri itu, maka hidangan pun disuguhkan di tengah-tengah para tamu. Makanan itu dihidangkan dari ujung ke ujung di atas lantai rumah panggung yang beralaskan tikar pandan. Ada ayam gulai, rendang sapi, pajri nanas, serundeng, sambal ati dan kue-kue basah khas Melayu, seperti bolu kemojo, nasi minyak dan lain-lain. Para undangan pun duduk di tikar saling berhadapap- hadapan. 

Edi Badak menyempatkan diri mengintip dari balik kain pintu dapur.

"Apalah, Abang ni. Nanti Imel, hidangkan juga untuk Abang berdua sama Bang Rizal," tegur Imelda ketika ia hendak melintas menuju ruang tengah sambil membawa teko berisi teh dan kopi.

Edi Badak senyum-senyum.

"Baiklah kalau begitu."

Edi Badak kembali duduk di samping Rizal di dapur yang dipenuhi dengan ibu-ibu tetangga Imelda yang membantu sejak persiapan kenduri sampai malam acara. Meski bukan pesta besar, tapi namanya tinggal di kampung. Semuanya datang membantu sehingga ramailah acara kenduri itu. Bahkan keluarga Imelda sampai memasang tenda di halaman untuk para tamu yang tak mendapatkan tempat di dalam rumah.

Begitulah, kampung yang biasanya sunyi sepi kalau sudah malam, kini terasa ramai dengan adanya kenduri. Doa puji-pujian serta alunan suara rebana mengiringi sholawatan dsn marhaban semakin memeriahkan acara kenduri di rumah Imelda malam itu.

Selesai menyantap makanan yang dihidangkan oleh Imelda dan dibantu oleh Aina. Rizal dan Edi Badak duduk-duduk di halaman belakang rumah Imelda yang di tanami pohon kelapa. Sinar rembulan yang temaram menerobos dari celah pelepah daun-daun kelapa yang bergoyang ditiup angin, semakin menambah indahnya malam itu. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba saja Imelda menghilang disusul oleh Edi Badak kemudian. Katanya mau membantu beres-beres di depan.

Kini tinggal Aina dan Rizal duduk berhadapan pada dua kursi panjang terbuat dari kayu yang kaki-kakinya ditanam ke tanah. Tanpa setahu mereka, ternyata Edi Badak dsn Imelda mengintip dari balik kandang ayam di samping rumah. Mereka dengan leluasa melihat Aina dan Rizal masih duduk terpaku, tak ada yang bersuara. Rizal memandangi langit malam sedangkan Aina menundukkan wajahnya dalam-dalam.

"Mereka sedang hening cipta rupanya," Edi Badak berbisik kepada Imelda yang ikut mengintip dari balik kandang ayam.

"Begitulah laki-laki terpelihara, bukan macam, Abang!" Imelda balas berbisik.

Lihat selengkapnya