BONO 13.15

Onet Adithia Rizlan
Chapter #28

MENGHADAP GENERAL MANAGER

Pagi hari sesudah mempersiapkan semua data yang diperlukan, Rizal pun bergegas meninggalkan ruang kerjanya dan berjalan menuju ke Pos Security. Di koridor long house, Rizal bertemu Pak Darman yang baru keluar dari kantin.

"Sarapan duluz Riz. Kau erlu enerji, untuk menghadapi Pak Bahrudin orang Malaysia itu. Dia bos besar, kau jangan coba-coba melawannya," Pak Darman terkesan mengejek Rizal.

"Saya sarapan di kantor pusat saja," sahut Rizal tenang.

Sikap dan ucapan Rizal membuat Pak Darman terheran-heran. Bukankah dia terancam dipecat serta dilaporkan ke polisi, kenapa bisa setenang itu? Pak Darman bertanya-tanya dalam hati. Ia melihat Rizal terus berjalan di pelantar--jembatan terbuat dari papan--menuju Pos Security.

Pak Darman berteriak kesal.

"Jangan terlalu yakin, kalau di sana bakal dikasih makan!" 

Rizal tak bereaksi. Ia terus saja melangkah menyusuri pelantar dengan langkah tenang. Bagaimana pun, sejumlah bukti telah ia pegang dan tinggal menyerang balik Pak Darman, sehingga manajer culas itu akan terkejut ketika ia sendiri yang akan dipecat dan dipenjara.

Pak Darman mengintip dari balik jendela long house. Melihat Rizal berdiri di Jetty lalu turun ke boat. Tak lama setelah itu mesin boat terdengar ribut setelah dinyalakan. Perlahan boat yang dikemudikan Hotman bergerak meninggalkan Jetty di depan long house menuju ke Pos B2.

"Pak Rizal mau ke Saka Pasir?" tanya Hotman ingin kejelasan.

"Iya, ke Saka Pasir," sahut Rizal singkat.

"Kendaraan pergi ke sana, susah lho, Pak?"  ujar Hotman prihatin.

Memang selama ini kalau mau berurusan ke kantor pusat di Saka Pasir, setiap estate memang harus membawa kendaraan sendiri. Itu juga tidak mudah, karena harus mengangkat boat dan menurunkannya dari kanal ke sungai, lalu menyeberangkannya ke Pos B1 dan menurunkannya lagi ke kanal untuk dapat menuju ke kantor pusat di Saka Pasir.

Rizal memang sudah membayangkan hal itu, tapi ia hanya pasrah saja dan berharap ada orang dari estate lain yang akan ke Saka Pasir paling tidak ia bisa menumpang.

"Saya hanya ditugaskan mengantarkan, Pak Rizal sampai ke Pos B2," ujar Hotman jujur" 

"Tidak apa-apa, Man. Saya bisa mencari tumpangan nanti," sahut Rizal tak yakin.

Begitulah kondisi di kebun bertanah gambut. Tidak ada jalan darat untuk menghubungkan dari satu tempat ke tempat lain. Jalan yang tersedia hanya melalui kanal- kanal bukannya jalan aspal. Kalau tidak ada kendaraan, bisa berjalan kaki. Kalau kanal, tidak ada boat, apa mau berenang?

Rizal merasa, Pak Darman memang sengaja ingin menyudutkannya. Tentu saja dengan cara tidak memberikan kendaraan hingga sampai ke Saka Pasir. Sehingga Rizal akan kesulitan sampai tepat waktu dan itu akan dianggap tindakan untuk menghindar dari panggilan General Manager.

"Sehabis ini kau ke mana, Man?" tanya Rizal ingin memastikan.

"Disuruh balik dan stand by di pos. Kenapa, Pak?" Hotman balas bertanya.

"Itu atas perintah siapa?"

"Pak Darman."

Rizal semakin mengerti, bahwa Pak Darman memang sengaja ingin mempersulitnya agar terlambat memenuhi panggilan Datok Bahrudin, General Manager yang asli orang Malaysia.

Rizal tak berkata apa-apa lagi hingga sampai di Pos Security B2. 

"Pak Riz kontak ke pos kalau nanti mau pulang. Biar saya jemput ke sini," ujar Hotman mengingatkan.

"Ya, nanti saya hubungi. Soalnya saya juga bingung, nanti pulangnya dari Saka Pasir, mau naik apa?" Rizal sendiri terlihat putus asa.

Lihat selengkapnya