BONO 13.15

Onet Adithia Rizlan
Chapter #32

GEMURUH BONO

Rizal, Edi Badak, Imelda dan Aina sampai di desa Pulau Muda pukul sebelas pagi, menjelang siang. Rizal merasa heran melihat sudah banyak orang-orang berkumpul di pinggiran sungai. Seperti bakal ada pertunjukan yang akan dilihat. Sepeda motor dan mobil yang parkir memenuhi jalan desa serta banyaknya warung-warung penjual makanan dan minuman membuat tempat itu semakin ramai. Apalagi satu dua peselancar sudah mulai mengendus desa Pulau Muda sebagai tempat berselancar yang cukup menantang dan mereka berani mencoba Ombak Bono.

Memang pada titik tertentu, di mana ruangan terbuka luas tanpa halangan memandang ke aliran Sungai Kampar yang lebar, menjadi tempat yang paling diminati para pengunjung. Kalau lokasi yang terhalang pepohonan atau semak belukar, itu menjadi tempat yang sepi dari pengunjung. Edi Badak mengajak Rizal, Aina dan Imelda untuk memilih warung yang di seberangnya langsung menghadap ke aliran Sungai Kampar.

Edi Badak mendekati Aina dan Imelda yang duduk di bangku panjang yang terbuat dari kayu di depan warung.

"Kalau kalian mau makan atau minum pesan saja, Imelda, Aina. Jangan malu-malu," ujar Edi Badak sambil tersenyum.

Kemudian Edi Badak masuk ke warung dan menghampiri Rizal. 

"Pak Riz, bawa duit, kan?"

"Ada, kenapa mau pinjam lagi?" Rizal balas bertanya.

"Bukan, traktir kami nanti, ya? Aku nggak punya duit, bulan tua!" Edi Badak nyengir.

"Pesanlah, apa menunya, kenapa mereka duduk di luar?" Rizal mengedarkan pandangannya, mengamati seisi warung.

"Ya, warungnya nggak muat. Pak Riz lihat sendiri ramai sekali orang?" 

Rizal baru sadar ketika masuk ke warung tadi, dia dan Edi Badak mengira kalau Aina dan Imelda mengikuti mereka juga, ternyata kedua orang perempuan itu keluar lagi karena tidak mendapatkan tempat.

"Kita cari tempat yang lain saja," Rizal berdiri dari tempat duduknya.

"Kalau begitu di warung yang nggak nampak aliran Sungai Kamparnya saja. Di situ pasti sepi," Edi Badak menyatarkan.

"Terserah saja, yang penting kita tidak misah-misah," ujar Rizal beralasan.

Rizal melangkah keluar bersama Edi Badak, mereka menemui Aina dan Imelda yang duduk di depan warung bersama orang-orang yang juga tidak mendapat tempat di dalam.

"Ayo, kita pindah ke tempat lain," Edi Badak mengajak Aina dan Imelda.

"Ke sana saja," ujar Imelda menunjuk orang-orang yang sudah memenuhi banteran Sungai Kampar. Sds yang berdiri di tanggul, ada yang berkerumun di lapangan terbuka yang agak jauh dari aliran sungai, tapi seandainya Bono itu datang, lapangan terbuka itu juga akan disapu oleh air dari Gelombang Bono yang menerpa pinggiran sungai hingga jauh masuk ke daratan.

"Kita ke warung saja, masih lama Bononya datang. Makan minum dulu, biar kuat menghadapi, Bono," ujar Edi Badak menggoda Imelda dan Aina.

"Kita di bawah pepohonan yang rindang itu saja sambil menunggu, Bang Bono datang?" ujar Imelda sambil menunjuk lapangan terbuka yang ditumbuhi pepohonan menghadap ke pertemuan antara laut dan muara Sungai Kampar.

"Abang?" Edi Badak terbodoh mendengar ucapan Imelda.

"Iyalah, Bono di Sungai Kampar ini yang jantan kalau Bono yang betina itu adanya di Sungai Rokan," Imelda menjelaskan. 

Lihat selengkapnya