BONO 13.15

Onet Adithia Rizlan
Chapter #34

MENUJU PULAU MUDA

Rizal dipanggil ke ruang kerja Pak Darman. Ada tugas diberikan kepada Rizal, mengambil peralatan kerja untuk buruh yang harus dijemput ke Pekanbaru. Rizal sendiri merasa heran karena sebagai staf logistik dan menjadi Kepala Gudang, ia tidak merasa mengorder peralatan kerja untuk buruh atau tidak ada permintaan dari asisten divisi karena peralatan kerja buruh seperti parang babat, dodos dan pisau egrek sudah dipenuhi beberapa bulan yang lalu. Rizal heran sendiri. Ini orderan siapa?

"Siapa yang mengorder semua ini, Pak?" tanya Rizal heran.

"Pak Manik yang mengorder, saya setujui dan kau berangkat menjemput barang-barang itu."

"Saya konfirmasi ke bagian purchasing dulu, Pak?" tanya Rizal untuk memastikan order tersebut.

"Saya manajer tidak perlu melalui purchasing. Ini nota pembeliannya. Berangkat sekarang. Pakai uang kau dulu nanti di-reimburse--sistem dimana perusahaan membayar kembali uang atau dana pribadi karyawan yang sebelumnya digunakan untuk kepentingan perusahaan. Penggantian biaya biasanya terkait dengan perjalanan bisnis, termasuk di antaranya biaya makan, transportasi, penginapan--pagi ini juga berangkat."

Rizal tak mau banyak tanya lagi, ia mengambil nota pembelian yang tadi ditaruh Pak Darman di meja kerjanya. Kemudian bergegas keluar dari ruangan Pak Darman. 

Bukannya Rizal tak tahu, ini adalah modus Pak Darman untuk korupsi uang perusahaan. Harga-harga sudah di mark up, jumlah barang juga sengaja dibuat melebihi yang jumlah yang dibeli. Bukan sekali ini Pak Darman bermain-main dengan pengadaan barang. Dia selalu bermain sendiri tanpa melibatkan pihak purchasing. Puncak kejahatannya adalah mengeluarkan satu ton BBM dari gudang. Rizal sudah cukup merasa muak dengan manajernya itu. Ia berharap kasus BBM itu segera diusut dan Pak Darman dan orang kepercayaannya yaitu asisten divisi 4 yang bernama Pak Manik segera dipecat dari perusahaan.

Keluar dari longhouse Rizal qlangsung menuju ke Pos Security. Meminta Komandan Security untuk mencarikan kendaraan untuknya.

"Mau ke mana, Pak Riz?

"Ke Pulau Muda."

Pak Arif, Komandan Security langsung mengontak para driver yang lagi stand by. Setelah berkali-kali memanggil dari Handy Talkie dan semua driver menjawab dengan mengatakan sedang berada di lapangan menunggu para buruh membersihkan area tanam, maka Pak Arif mengangkat bahu dengan membuka kedua tangannya lebar-lebar, seolah berkata: tidak ada yang bisa saya bantu lagi.

"Kalau boat untuk antar jemput buruh pasti sedang ke lapangan semua. Boat security mana?" tanya Rizal heran.

"Boat security patroli ke Pos B2, Pak Riz."

"Boat Pak Darman mana?" Rizal menanyakan kendaraan dinas manajernya itu.

" Tadi lagi ngisi BBM di gudang. Katanya mau dipakai pergi, ngontrol lapanga"

Rizal terdiam. Mobilitas kebun sawit ini memang tidak selancar di perkebunan yang menggunakan jalan tanah, perkebunan sawit tempat Rizal bekerja berada di lahan gambut dan penghubung dari satu tempat ke tempat yang lain hanya melalui kanal dan kendaraannya menggunakan boat dengan berbagai jenis dsn ukuran.

" Tolong usahakan, kontak para driver yang stand by. Antarkan saya ke Pulau Muda. Saya mau ambil peralatan kerja buruh ke Pekanbaru," setelah berkata seperti itu Rizal melangkah pergi meninggalkan pos.

Lihat selengkapnya