BORASPATI

Marfenas Marolop Sihombing
Chapter #5

Boraspati dan Dilema Sebuah Nama

Boraspati Bersama teman sekelas sedang asik mendengarkan guru Muatan Lokal. Saat pelajaran sedang berlangsung, guru mereka tiba-tiba memberitahu kelas bahwa "Boraspati" artinya cicak dalam bahasa Batak Toba. Teman-teman sekelas langsung tertawa mendengarnya.

Boraspati tiba-tiba tersentak merasa malu dan terkejut. Dia tidak pernah menduga bahwa namanya memiliki arti yang lucu seperti itu berbeda dari penjelasan Among dan Inong. Ditengah tawa teman-temannya Boraspati ijin untuk ke toilet, Boraspati segera meninggalkan kelas dengan langkah yang berat. Rasanya dia ingin bersembunyi dan tidak terlihat oleh seisi kelas.

Di luar kelas, Boraspati duduk sendirian di bawah pohon besar disamping toilet sekolah. Dia menatap ke arah genangan air yang terbentuk setelah hujan turun pagi itu. Cahaya matahari yang mulai menerobos awan membuat pancaran air di genangan tampak berkilauan.

Tiba-tiba, dari pancaran genangan air, Boraspati melihat bayangan seekor cicak yang sedang berjalan di atas atap toilet. Mata Boraspati tertuju pada cicak itu. Sepertinya cicak itu sedang menatapnya dengan penuh keingintahuan, seolah-olah mencoba menghibur Boraspati dengan kehadirannya.

“Ternyata namaku adalah cicak.”, gumamnya dalam hati.

Boraspati tersenyum tipis dia berusaha kuat. Dia merasa ada sesuatu yang istimewa dalam pertemuan singkatnya dengan cicak itu. Mungkin ini adalah sebuah pesan bahwa meskipun namanya memiliki arti yang tidak biasa, seperti cicak, namun dia berusaha menemukan keindahan dan makna lain di balik semuanya.

Sambil masih menatap cicak di atas atap, Boraspati merasa hatinya menjadi lebih ringan.

Teman-temannya yang merasa bersalah ijin ke guru dan kemudian keluar dari kelas dan mendekati Boraspati yang duduk sendirian. Mereka mencoba menghibur Boraspati, mengatakan bahwa mereka sebenarnya bukan tertawa karena dia, tetapi karena kekonyolan situasi.

Lihat selengkapnya