BORASPATI

Marfenas Marolop Sihombing
Chapter #11

Boraspati dan Kerinduan yang Tak Padam

Boraspati melangkah dengan mantap diatas panggung kelulusan, mengenakan toga dengan senyum penuh haru dan bangga. Hari itu, ia resmi lulus dari perguruan tinggi seni ternama dengan prestasi yang membanggakan. Usaha dan kerja kerasnya terbayar lunas. Dalam hatin, ia bersyukur kepada orang tua yang telah memberikan dukungan tanpa henti. Boraspati menambahkan gelar dinamanya dengan gelar sarjana seni.

***

Setelah kelulusan, Boraspati memutuskan untuk berkarya di kota, mencari pekerjaan dengan ilmu yang dimilikinya. Boraspati pun langsung menarik perhatian beberapa desainer bangunan eksterior ternama. Mereka melihat bakat dan dedikasi Boraspati dalam karya-karyanya. Dari banyak tawaran, Boraspati memilih yang terbaik, sebuah perusahaan desain yang menghargai seni tradisional dan modern. Dari sana, namanya semakin dikenal di kota, dan karyanya banyak dipublikasikan di koran dan televisi.

Waktu berlalu, Boraspati semakin sibuk dengan proyek-proyek besar. Ia menghadirkan berbagai desain bangunan yang memukau, memadukan keindahan ukiran gorga Batak dengan arsitektur modern. Setiap karyanya selalu mencantumkan nama, "Boraspati," sebagai bentuk kebanggaan atas identitas.

Ditengah kesibukankan dan ketenarannya, ada kerinduan yang tak tertahankan di hati kedua orang tuanya. Di tapian nauli, orangtuanya masih menjalani kehidupan sederhana seperti biasa dengan kerinduan akan buah hatinya. Among-nya tetap bekerja sebagai tukang ukir gorga, dan Inong-nya masih setia berladang di kebun kopi.

Suatu hari, Among dan Inong duduk di teras rumah, membaca koran yang baru saja mereka beli. Mereka melihat nama Boraspati terpampang di salah satu artikel, membahas tentang karya hebatnya yang baru saja selesai.

"Among, lihat ini. Nama Boraspati ada di koran lagi," kata Inongnya sambil menunjukkan artikel tersebut.

Among-nya menatap dengan bangga bercampur dengan rasa rindu yang dalam.

 "Iya, Inong. Anak kita memang hebat. Tapi, sudah lama sekali kita tidak mendengar kabarnya. Apa dia sudah melupakan kita?"

Lihat selengkapnya