Boundless

Suci Asdhan
Chapter #2

Notifikasi Menantang

Dodi menatap layar ponsel Niko seolah itu adalah bom waktu yang siap meledak.

Ia duduk di seberang meja kafe, tubuh condong ke depan, alis terangkat setengah bingung setengah kesal. Lampu gantung di atas kepala mereka memantulkan cahaya kuning lembut, menyorot kopi dingin yang sudah hampir mencair di depannya.

“Apa-apaan ini, Nik?” suaranya rendah, tapi cukup untuk menarik perhatian pengunjung di meja sebelah. “Lo serius bikin status beginian?”

Niko hanya mengangkat bahu, pura-pura sibuk dengan sedotan es kopi yang nyaris habis. Di layar ponselnya, masih terpampang tulisan status yang baru ia unggah beberapa menit lalu:

“Single bukan aib. Siapa bilang jomblo nggak bisa bahagia? Ayo kita buktikan.”

Tatapan Dodi menusuk, seolah berusaha menembus kepala sahabatnya itu untuk mencari tahu seberapa serius ia menulis kalimat itu.

“Kenapa nggak?” Niko akhirnya menaruh gelasnya, suaranya terdengar ringan. “Banyak orang nganggep jomblo itu kutukan. Gue cuma mau nunjukin kalau kita bisa bahagia tanpa pasangan.”

Dodi menghela napas panjang, jari-jarinya mengetuk meja berirama tak sabar. “Tapi lo sadar nggak sih? Status kayak gitu bisa bikin orang mikir lo lagi desperate. Kayak… sengaja cari perhatian.”

Niko terkekeh, sudut bibirnya terangkat tipis. Dodi memang begitu—selalu khawatir soal penilaian orang, seakan hidup ini lomba popularitas. Dengan tubuh jangkung dan rambut cepak, Dodi lebih mirip kapten tim basket kampus, padahal kenyataannya ia lebih sering menghabiskan waktu di warnet game.

“Justru itu tantangannya,” Niko mencondongkan tubuh. “Gue mau bikin Jomlo Rivalry. Gue sama lo, siapa yang bisa buktiin kalau jomblo itu bahagia. Yang kalah harus traktir sebulan penuh.”

Mata Dodi melebar. “Apa? Gue? Ikut-ikutan lo?”

Niko mengangguk, menahan tawa melihat wajah temannya itu. “Iya, lo. Kan sama-sama jomblo. Atau jangan-jangan… lo malu ngaku?”

Dodi merengut, lalu menyandarkan punggung ke kursi. Ia mengangkat kedua tangan seolah menyerah, tapi jelas itu hanya gaya sok cool-nya. “Bukan masalah malu, Nik. Cuma… hidup tuh nggak sesederhana posting status terus ngerasa paling bahagia. Ada hal lain.”

Niko terdiam sejenak, mencoba membaca maksud tersembunyi di balik kata-kata itu. Dodi jarang serius begini. Namun ia memilih tidak mendesak.

“Ya udah, lo boleh mikir apa aja. Tapi tantangan tetap jalan,” ucapnya mantap.

Lihat selengkapnya