Suasana malam begitu mengcengkam bagai siapapun yang melalui lorong fakultas kedokteran ini. Lorong itu sangatlah minim pencahayaan, ditambah perasaan seakan-akan menekin anatomi tubuh di setiap ruang kelas tengah mengawasi siapapun yang berjalan dilorong itu. Malam Jumat adalah hari yang sengaja dipilih untuk pertemuan para petinggi Badan Eksekutif Mahasiswa atau yang akrab dikenal dengan sebutan BEM untuk suatu acara penting. Satu petinggi BEM disetiap falkultas yang ada, jadi total akan ada sepuluh orang yang hadir sesuai dengan jumlah fakultas yang ada.
Tidak ada diantara mereka yang saling mengenal. Topeng wajib dikenakan di setiap pertemuan. Tidak ada yang memperkenalkan nama pribadi, mereka memperkenalkan diri dengan nama falkultasnya tempat mereka studi. Hanya itu. Tepat pukul delapan petang, semua petinggi BEM sudah tiba ditempat pertemuan yaitu di ruang serba guna fakultas kedokteran.
Ditengah ruangan terdapat meja persegi panjang yang mampu memuat sebelas kursi. Pencahanyaan hanya berada tepat diatas meja tersebut, diluar meja hanya diterangi dengan sinar bulan. “Apa kalian sudah mengumpulkan hal yang aku minta?” Cewek itu adalah ketua dari BEM Universitas. Melihat para anggotanya yang mengeluarkan masing-masing map coklat, cewek itu tersenyum puas. Masing-masing dari petinggi BEM Fakultas tengah membacakan sebuah informasi dari berkas yang mereka bawa.
Berkas itu berisikan data diri mahasiswa yang disegani di masing-masing fakultas. Cewek itu juga membuka iPadnya, mencari data-data yang sudah dikirimkan oleh anggotanya beberapa hari yang lalu. “Aku tertarik dengan fakultas ekonomi.” Petinggi BEM Fakultas Ekonomi dengan lantang menjelaskan identitas mahasiswa yang diajukan. Mahasiwa primadona Fakultas Ekonomi merupakan empat orang mahasiswa—yang sangat dikenal dengan sebutan Quartet Boys—yang memiliki telenta masing-masing disetiap orangnya.