Pantulan cermin menampilkan penampilan baru Brielove dari ujung kepala hingga ujung kaki. Cewek itu menghela napas berat. Tidak pernah ia duga kakinya akan mengalami kepincangan akibat insiden empat hari yang lalu itu.
Pernah terbesit dalam pikiran Brielove, apakah ia harus berhenti sekolah saja? Jujur Brielove malu dengan keadaan kakinya sekarang. Namun, tak lama kemudian Brielove menampik kasar pemikirannya itu. Ingin jadi apa ia kelak jika sekolah saja tidak mau? Lagi pula kasihan Tante Mega yang sudah membiayainya masuk ke SMA.
"Semangat, Brie!" ucapnya yakin menatap serius sekali lagi penampilannya di depan cermin.
Melihat arloji di pergelangan tangannya, Brielove segera bersiap-siap untuk ke sekolah. Ingat sekolah, Brielove jadi sedih dan kecewa karena sudah melewatkan empat harinya yang tidak pergi ke sekolah. Lebih tepatnya saat hari terakhir MPLS. Ya, karena cewek itu kecelakaan pada hari Rabu. Dan untungnya keesokan harinya ia sudah diizinkan pulang. Selain tidak betah berlama-lama di rumah sakit, Brielove juga memikirkan biayanya. Bisa-bisa nanti utangnya pada Tante Mega tambah banyak.
Sampai di depan gang, Brielove menunggu bus lewat. Kini ia hanya bisa pulang pergi ke sekolah dengan bus. Tidak bisa lagi dengan motor. Padahal sudah sejak kelas 9 SMP Brielove ke sekolah pakai motor. Motor Tante Mega juga sudah diperbaiki dan sudah bisa digunakan lagi. Tapi wanita itu sudah tidak memberi izin lagi untuk Brielove mengendarai motornya. Bukan karena kaki keponakannya yang pincang, melainkan karena wanita itu tidak mau kalau motornya sampai rusak lagi dan harus keluar uang lagi. Tante Mega tidak mau rugi.
Bus datang dan Brielove segera masuk ke dalamnya dengan susah payah. Mengembuskan napas lega karena ia masih kebagian kursi.
Tiba di depan gerbang sekolah, Brielove sudah menjadi pusat perhatian oleh siswa-siswi yang berlalu lalang di sekitarnya.
"Kenapa sih pada ngelihatin kaya gitu? Emangnya kaki pincang itu aneh ya?" batinnya tidak nyaman. Dan rasa percaya dirinya pun perlahan mulai pupus.
Brielove menarik napas panjang lalu mengembuskannya. Ia coba tenang dan melanjutkan langkahnya dengan kepala tertunduk.
BRUM ....
BRUM ....
BRUM ....
"Hai cewek."
Mendadak langkah Brielove terhenti saat seseorang dengan motor besarnya berada di sampingnya.