Lagi, Brielove dan cowok itu jadi pusat perhatian saat sampai di depan kelas sepuluh B. Brielove menunduk malu sedangkan cowok itu terlihat biasa saja. Bertambah malu lagi ketika cowok itu menurunkan dirinya dari atas motor.
"Salam kenal. Gue--."
"DEON!"
"Itu nama gue," sambungnya.
"APA-APAAN KAMU INI?! KENAPA KAMU NAIK MOTOR SAMPAI DI DEPAN KELAS SEPERTI INI HA?!"
Seorang guru wanita berteriak memarahi cowok itu yang kini sudah Brielove ketahui namanya. Deon.
"Ma-maaf, Bu. Bukan salah dia," sela Brielove cepat. "Ini salah saya. Saya yang minta diantar sampai ke depan kelas."
Guru itu menoleh ke arah Brielove lalu mengamati penampilannya dari atas hingga bawah.
"Kamu Samora Brielove?"
"Iya, Bu. Sekali lagi saya minta maaf."
Brielove agak kaget saat guru itu malah tersenyum padanya. Guratan amarah di wajahnya perlahan mulai pudar.
"Tidak apa-apa. Bagaimana keadaan kamu?"
"Sudah lebih baik, Bu."
"Syukurlah. Kali ini saya maafkan tapi jangan diulangi lagi ya, Brielove. Nanti murid lain bisa-bisa jadi iri."
"Iri?" beo Brielove begitu saja.
"Iya." Sang guru mengangguk. "Kasihan Deon nanti cewek-cewek lain pada minta dibonceng dan diantar sampai ke depan kelas juga," lanjutnya terkekeh.