"Welcome to the world, Brinet!"
"You are our little angel!"
"Inet, Inet tau ngga, dulu Inet pernah muncul di mimpi kakak lho!" seru Lovina sambil tersenyum hangat.
"Oya, kak?" tanya Brinet antusias dengan mata berbinar-binar.
Lovina mengangguk mantap. "Kata Inet waktu itu, jangan percaya dengan seseorang yang kelihatannya baik. Kakak harus peka dengan orang-orang di sekitar kakak. Mana yang benar-benar baik, dan mana yang tidak."
Lovina mengusap kepala Brinet dan melanjutkan kalimatnya. "Kakak percaya, melalui Inet, Tuhan kasih tahu kakak untuk tidak salah memilih pasangan. Waktu itu, lewat mimpi, Inet kasih tahu kakak siapa orang yang benar-benar tulus mengasihi kakak"
"Kehadiran Inet bener-bener menjadi berkat buat kita semua!"
*
Brinet Angelia Hanniel.
Cantik, berbakat, dan menarik. Selain itu, punya keunikan khusus, dan julukan dari teman-temannya.
The Lovely Angel. Begitulah teman-teman menamainya. Selain karena sifat dan keunikannya, Brinet juga terkenal jitu, dalam memberi saran dan menghadapi permasalahan.
Walaupun seringkali, Brinet juga heran diberi predikat seperti itu.
Menurut Brinet, yang selama dia lakukan adalah..
Satu, mendengarkan.
Dua, menyimak jalan cerita, ekspresi, dan apa-apa saja yang dirasakan dan dialami oleh orang yang bercerita. Pada tahap kedua ini, Brinet mencoba memposisikan dirinya sebagai orang yang bercerita tersebut, dan mencoba memahami apa yang dialami.
Tiga, Brinet akan mencoba menangkap melalui 'radar'-nya..apa-apa saja nasehat, dan masukan yang tepat untuk orang tersebut.
Well..sejauh ini, orang-orang yang pernah menerima saran dari Brinet, biasanya selalu kembali dengan ucapan "terima kasih" atau, "ternyata benar yang kamu bilang".
It's really nice to help people.
Brinet selalu senang, bahkan bahagia, ketika apa yang dia lakukan, dan apa yang dia sarankan dapat berguna untuk menolong orang lain.
Tapi, ada satu, yang menjadi sisi lemah Brinet.
*
"Inet!"
Brinet terlonjak kaget. Hampir saja bakso yang dimasukkan ke mulutnya, terlontar keluar.
"Apaan, sih, Gin?" tanyanya sambil berdecak kesal.
"Net, itu sohib lo si Derry Derry itu..." Gina mencoba menstabilkan nafas dan detak jantungnya. Untuk menemui Brinet, entah berapa langkah yang sudah Gina tempuh untuk berlari. "Si Derry berantem!"
Brinet mengernyitkan kening dan bibir, lalu kembali sibuk dengan baksonya.