Ketika putri saya berusia delapan belas bulan, saya dan suami memutuskan untuk mengajaknya berlibur saat musim panas. Kami memilih berlibur ke kota pesisir yang jaraknya hanya beberapa jam naik kereta dari tempat tinggal kami di Paris (saya orang Amerika, suami saya orang Inggris), dan kami memesan kamar hotel yang dilengkapi tempat tidur bayi. Kami baru punya satu anak pada saat itu. Jadi, harap maklum jika kami berpikir: Memangnya bakal seberat apa, sih?
Kami menyantap sarapan di hotel. Namun, kami harus makan siang dan makan malam di restoran hidangan laut kecil yang terletak di sekitar pelabuhan tua. Kami segera menyadari bahwa dua kali makan di restoran, dengan seorang balita, pantas disebut sebagai siksaan neraka. Bean tidak terlalu tertarik pada makanan: sepotong roti atau makanan apa pun yang digoreng. Namun, dalam beberapa menit dia mulai menumpahkan garam dan merobek kemasan saset gula. Kemudian, dia minta diturunkan dari kursi tingginya agar bisa berlarian di restoran dan memelesat dengan berbahaya menuju dermaga.
Strategi kami adalah segera menyelesaikan makan. Kami langsung memesan setelah duduk, kemudian meminta pelayan untuk segera menghidangkan roti dan membawakan semua makanan kami, makanan pembuka dan hidangan utama, secara bersamaan. Ketika suami saya sudah menyantap sebagian ikannya, saya memastikan Bean tidak diusir oleh pelayan atau tersesat di laut. Kemudian, kami bergantian makan. Kami meninggalkan tip besar sebagai permintaan maaf dan untuk mengompensasi serbet yang sobek serta kalamari yang berhamburan di meja kami.
Saat berjalan pulang ke hotel, kami bersumpah tidak akan melakukan perjalanan, bersenang-senang, dan mempunyai anak lagi. “Liburan” ini menegaskan fakta bahwa kehidupan kami delapan belas bulan sebelumnya secara resmi telah lenyap. Saya tidak yakin mengapa kami masih saja terkejut.
Setelah beberapa kali makan di restoran, saya memperhatikan bahwa keluarga Prancis di sekitar kami tidak terlihat seperti sedang disiksa di neraka. Anehnya, mereka terlihat seperti sedang berlibur. Anak-anak Prancis seusia Bean duduk dengan tenang di kursi tinggi mereka, menunggu makanan, atau menyantap ikan dan bahkan sayuran. Tidak terdengar jeritan atau rengekan. Semua orang makan satu hidangan pada satu waktu. Dan, tidak ada remah-remah makanan di meja mereka.
Meskipun saya telah tinggal di Prancis selama beberapa tahun, saya tidak dapat menjelaskan hal ini. Di Paris, anak-anak jarang makan di restoran. Lagi pula, saya belum pernah mengamati mereka. Sebelum mempunyai anak, saya tidak pernah memperhatikan orang lain. Dan, sekarang saya biasanya hanya mengawasi anak saya sendiri. Namun, di tengah kemalangan kami baru-baru ini, mau tidak mau saya menyadari bahwa sepertinya ada cara lain. Namun, apakah itu? Apakah anak-anak Prancis secara genetis lebih tenang daripada anak-anak kami? Apakah mereka disuap (atau diancam) agar menurut? Apakah mereka hasil filosofi pengasuhan kuno, dilihat-tapi-tidak-pernah-didengar?
Sepertinya tidak. Anak-anak Prancis di sekeliling kami tidak terlihat takut. Mereka gembira, ceriwis, dan penuh rasa ingin tahu. Orang tua mereka welas asih dan penuh perhatian. Tampaknya ada kekuatan tak terlihat yang membuat anak-anak beradab di meja mereka—dan saya mulai menduga, di kehidupan mereka—yang tidak kami miliki.
Begitu mulai memikirkan gaya pengasuhan orang-orang Prancis, saya menyadari perbedaannya tidak hanya dalam hal makan. Tiba-tiba saya mempunyai begitu banyak pertanyaan. Misalnya, mengapa selama ratusan jam berada di tempat bermain Prancis, saya tidak pernah melihat seorang anak pun (kecuali anak saya sendiri) mengalami tantrum? Mengapa teman-teman Prancis saya tidak pernah merasa perlu segera menutup telepon karena anak-anak mereka meminta sesuatu? Mengapa ruang tamu mereka tidak disesaki tenda kecil dan mainan dapur, seperti yang terjadi pada ruang tamu kami?
Dan, masih banyak pertanyaan lainnya. Mengapa kebanyakan anak-anak Amerika yang saya temui hanya menyantap satu jenis makanan berupa pasta atau nasi putih, atau sebatas “menu anak” yang tidak bervariasi, sementara putri teman Prancis saya makan ikan, sayuran, dan bisa dibilang semua jenis makanan? Dan bagaimana bisa, kecuali pada waktu tertentu saat sore hari, anak-anak Prancis tidak makan camilan?
Saya tidak mengira akan mengagumi gaya pengasuhan orang Prancis. Ini bukan sesuatu yang populer, seperti fesyen Prancis atau keju Prancis. Tidak ada yang mengunjungi Paris untuk menyelami pandangan orang-orang setempat mengenai otoritas pengasuhan dan manajemen rasa bersalah. Sebaliknya: ibu-ibu Amerika yang saya kenal di Paris terkejut ketika mendapati bahwa ibu Prancis jarang menyusui dan membiarkan anak mereka yang berusia empat tahun berjalan-jalan sambil mengisap dot.
Jadi, mengapa mereka tidak pernah mengatakan bahwa begitu banyak bayi Prancis sudah tidur sepanjang malam mulai usia dua atau tiga bulan? Dan, mengapa mereka tidak menyebutkan bahwa anak-anak Prancis tidak memerlukan perhatian yang terus-menerus dari orang dewasa, dan bahwa mereka tampaknya bisa mendengar kata “tidak” tanpa diikuti ledakan emosi?