Brisbane

Mizan Publishing
Chapter #3

KEHADIRAN SI KEMBAR

"Anaknya kembar, ya, Bu?” Pertanyaan itu selalu terlontar dari orang yang baru mengenal keluarga Rahman. Pertanyaan serupa itu selalu dijawab dengan anggukan kepala Lidya yang sedang mengasuh kedua anaknya dibantu seorang babysitter. Lidya memegang Raka, suster memegang Anggia. Kedua anak itu selalu bersama-sama saat mandi, makan, bermain, bahkan tidur. Pakaian mereka juga menyerupai satu sama lain hanya berbeda warna. Raka sering dibelikan baju berwarna biru dan hijau, sedangkan baju Anggia dominan merah jambu dan kuning.

“Tapi, kok, enggak mirip, ya?”

Pertanyaan yang juga hampir menyertai pertanyaan pertama. Lidya tersenyum lembut, sebelum menjawabnya. Dia sudah terbiasa mendengar kedua pertanyaan itu, sehingga dapat menghadapinya dengan tenang.

“Bukan kembar identik, jadi memang enggak mirip,” jawabnya.

“Ooo ….”

Lidya tahu, si penanya masih menyimpan keraguan, meskipun pertanyaannya sudah terjawab. Sebab, Raka dan Anggia memang benar-benar tidak mirip. Sekali pun rambut keduanya sama lurus, tetapi wajah, kulit, dan perawakannya jauh berbeda. Raka berwajah oriental, mirip Ayahnya. Sedangkan Anggia ….

Sudah enam tahun berlalu, sejak Anggia jatuh ke tangannya, tidak sekali pun pihak rumah sakit yang menyerahkan Anggia menghubunginya. Siapa tahu ibu kandung Anggia datang dan hendak mengambil anak itu kembali. Setiap memandang Anggia, selalu ada nyeri di hati Lidya. Memang dia bahagia dengan kehadiran Anggia yang melengkapi keluarganya, tetapi memikirkan bahwa anak itu “dibuang” orangtuanya, sungguh memerihkan.

Aneh sekali. Mengapa anak secantik Anggia dibuang? Sejak bayi pun, paras Anggia menawan. Berbagai pertanyaan tersimpan di benak Lidya. Bagaimana bila Anggia anak yang berasal dari hubungan di luar nikah? Bagaimana kalau Anggia membawa gen yang tidak baik? Bagaimana jika kelak orangtua kandung Anggia datang dan memintanya kembali ketika Lidya dan suaminya sudah sangat mencintai gadis ini?

Pertanyaan-pertanyaan itu menguap, seiring dengan kesibukan mengasuh dua anak yang sedang lucu-lucunya. Babysitteryang sering berganti. Pembantu dan pengasuh anak zaman sekarang, jarang ada yang bertahan bekerja bertahuntahun di satu majikan. Terlalu banyak kemauan, sehingga ada kekurangan sedikit saja dari majikannya, langsung mengundurkan diri. Di saat tidak ada yang membantu, Lidya kelimpungan mengasuh dua anak seumuran sekaligus. Dia berusaha bersikap adil, meskipun Anggia tidak lahir dari rahimnya. Tapi … tetap saja, perlakuan terhadap Raka lebih spesial. Raka mendapatkan ASI eksklusif, sehingga memiliki kelekatan yang kuat kepada Lidya. Sedangkan Anggia yang diberi susu botol, relatif lebih mandiri karena sejak bayi sudah harus memegang botolnya sendiri. Lidya tidak sanggup memberikan ASI untuk keduanya karena kewalahan.

Saat menyuapi makan pun demikian. Anggia dibiarkan makan sendiri di meja makan khusus bayi dengan meja dan mulut celemotan bubur. Sedangkan Raka digendong oleh Lidya dan disuapi. Anggia tidak mudah menangis karena kalau menangis tidak langsung disambut oleh Lidya yang disibukkan oleh Raka.

Lihat selengkapnya