“Iya, aku Lolita. Jadi ini beneran kamu, Ngel?" Perempuan bernama Lolita itu berkata penuh rasa antusias lalu merengkuh tubuh Angel dan membawa ke dalam pelukannya.
Angel membalas pelukan Lolita tanpa berkata apa-apa. Sedangkan Ben yang menyaksikan pemandangan tersebut kini diliputi kebingungan. Dari yang dirinya cerna, lelaki itu menyimpulkan bahwa kekasih dan istrinya saling mengenal satu sama lain. Entah ini merupakan sebuah kemalangan atau ia harus mensyukurinya.
Kedua perempuan itu kemudian saling mengurai pelukan mereka lalu berpandangan satu sama lain.
"Ya ampun, Ngel, udah lama banget ya kita nggak ketemu. Kamu ke mana aja sih?" tanya Lolita sembari memindai tubuh Angel dari puncak kepala hingga bawah kaki.
"Aku kuliah di London, Ta," jawab Angel dengan lidah kelu. Pertemuan yang tidak disangka ini sungguh sangat mengejutkan baginya apalagi setelah mengetahui bahwa teman lamanya semasa SMU dulu adalah kekasih pria yang saat ini menjadi suaminya. Apa tidak ada lagi kejadian yang lebih konyol dari ini semua?
"Oh, pantas kalau begitu. Kamu menghilang kayak ditelan bumi." Lolita tertawa sedangkan Angel hanya bisa tersenyum canggung. Seluruh persediaan kata-katanya tertelan oleh kegugupan.
"Oh ya, Ngel, by the way kenapa kamu bisa ada di sini? Kamu mau melamar pekerjaan di perusahaan ini?" Lolita bertanya lagi. Yang ada di dalam benaknya Angel adalah salah seorang job seeker yang sedang interview dengan Ben selaku pemimpin perusahaan.
Pertanyaan Lolita itu membuat Angel kian dikuasai kegugupan. Ia melempar pandang ke arah Ben, memberi sinyal agar lelaki itu saja yang menjawabnya. Angel tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya pada Lolita bahwa dirinya adalah istri Ben. Perasaan bersalah menghampirinya bertubi-tubi.
Ben berdeham. Tangannya meraih tangan Lolita lalu menggenggamnya erat.
Perempuan itu menatap Ben penuh tanda tanya. Kenyataan bahwa Ben menikah akibat paksaan orang tuanya begitu menyakiti perempuan itu. Tapi karena Ben menjanjikan ini hanya sementara lalu akan menceraikan istrinya, membuat Lolita percaya dan terus melanjutkan hubungan dengan Ben. Hanya saja ia tidak tahu siapa istri Ben. Ben melarangnya datang ke acara pernikahannya. Ia juga tidak mencari tahu karena selain akan membuatnya sakit pastilah perempuan itu biasa-biasa saja. Ben mengatakan padanya bahwa perempuan tersebut tidak ada apa-apanya dibanding Lolita yang cantik jelita.
"Yang, aku akan jelasin sama kamu. Tapi kamu jangan marah ya?"
"Kenapa aku harus marah?" Lolita semakin heran mendengar ucapan Ben.
"Karena—" Ben berdeham lagi, sementara tatapan Lolita menguncinya begitu lekat.
"Karena apa, Ben?" desak perempuan itu.
"Karena Angel adalah istri aku."
Sontak mata perempuan yang sudah dipacarinya selama satu setengah tahun ini membelalak lebar.
"Are you kidding me?" lafalnya syok berat.