Aku membaca sekali lagi pesan singkat di selularku sambil menggigit salmon bakarku yang terasa asin banget di lidahku. "Mulai besok aku harus bilangin Tom kalo makananku garamnya musti dikurangi deh, aku ga mau seperti orang sebelah rumah mum yang hanya bisa berbaring seumur hidupnya karena stroke," pikirku sambil meneguk juice apelku. Aku bergidik dan cepat-cepat membungkus kembali salmon bakarku dan membuangnya ke tong sampah.
Aku berusaha mengingat kapan terakhir kalinya ya aku bertemu dengan sepupuku Jessica, seingatku sudah lama sekali. Di acara pernikahan sepupu mum, Jessica datang dengan Bibi Nelly. Kami hanya saling menyapa dengan canggung sebentar, setelah itu Jessica sibuk membaur dengan tamu di sana, dan aku berdiri sendiri di pojokan dengan perasaan nelangsa, sementara mum entah berada di mana.
Dipikir-pikir sekarang rasanya sangat aneh saat itu, tamu di pesta itu adalah keluarga mum, tapi kenapa aku tidak mengenal mereka semua? "Mum juga koq ga ngenalin aku ke keluarganya? mum juga ga pernah bercerita tentang mereka," pikirku dan tanpa sadar aku mengetuk-ngetuk layar selularku.
" Khenhapha sehlulharmhu Jhennn?" tanya rekan kerjaku,Elizabeth. "Hah,apa katamu?" aku memandang dengan ngeri ketika Elizabeth membuka mulutnya lebar-lebar untuk menggigit hamburgernya yang entah berapa cm tingginya itu. Aku sungguh-sungguh berharap gigi palsunya tidak lepas karenanya. Memang sih gigi palsunya aman di mulutnya, tapi serpihan roti,daging dan lettuce hamburgernya berhamburan keluar saat dia berbicara.
"Errrr habisin dulu deh Liz,aku juga ga ngerti kamu ngomong apa." kataku buru-buru begitu melihat dia hendak berbicara lagi dengan mulut penuh. Sementara Liz dengan semangat menghabiskan makan siangnya, aku bangkit dan berjalan ke toilet. Sambil merapikan rambutku, aku menatap wajahku di cermin. Mata coklatku tampak penuh tekad. "Oke,aku akan bertemu dengan Jess,bukannya uda biasa orang-orang bertemu dan mengobrol dengan sepupunya?aku aza yang aneh sendiri!"
Sambil berjalan kembali ke ruanganku, aku membalas pesan singkat Jessica, menyetujui untuk bertemu dengannya hari Minggu ini, di cafe favoritku, berusaha mengabaikan rasa ga enak di ulu hatiku. Liz sudah selesai dengan hamburgernya dan sedang membersihkan serpihan roti di meja ketika aku masuk. "Kenyang bangetttt aku Jen,jadi ngantuk nih," katanya sambil menguap. "Apa kabar jeans ukuran 36 mu Liz?" tanyaku sengaja menggodanya. "Ohh ituuu,tar aku kadoin buat Cyntia aza deh,dia akan berulangtahun bulan depan kan,aku uda memutuskan ga akan diet diet lagi!!" jawab Liz sambil tersenyum lebar.
Bulan lalu Liz sengaja membeli jeans ukuran 36 padahal ukurannya adalah 42. Katanya sebagai motivasinya untuk bisa diet sampai ukuran jeansnya menjadi 36. Tapi sebulan berlalu dan hasilnya dia tetap 42, sudah untung tidak bertambah menjadi 44 kalau dilihat dari nafsu makannya yang besar. "Eh,kenapa tadi Jen?kamu keliatan serius sekali sampai mengetuk layar selularmu kuat-kuat,aku sampai takut layarmu itu pecah." tanya Liz sambil memeriksa laporan penjualan.
"Ohh itu Jessica sepupuku ajakin ketemuan Minggu ini,katanya kangen uda lama ga ketemuan,nah kebetulan dia mulai bulan lalu uda pindah ke kota ini,jadi reuni sepupu ini ceritanya." ceritaku dengan nada ringan. Liz mengangkat alisnya dengan heran. "Kangen??seingatku kamu pernah cerita kalo seumur hidupmu kamu hanya mengenal 1 sepupu,si Jessica ini,itupun bertemu hanya 2 kali dan sekedar sapaan halo-apa kabar-sehat selalu ya-makin sukses ya-bye, kan?"
Aku mengangguk membenarkan Liz. "Yahh mungkin karena dulu kami tinggal berjauhan ya,jadi ga pernah kontak,mungkin karna sekarang dia di kota baru ga kenal siapa-siapa,jadi mau menjalin hubungan lebih akrab dengan sepupu tercinta." ujarku tidak yakin. Liz berpikir sejenak, lalu berkata "Hmmm,mungkin juga Jen,dan kurasa ini baik juga buatmu,kan katamu kamu selama ini seperti tidak punya keluarga,hanya ibumu dan nenekmu,nah mungkin sekarang saatnya kamu bisa akrab dengan sepupumu!"
Aku mengecek kembali data customer di komputerku sambil berpikir kata-kata Liz benar juga, mungkin ini adalah awal yang baik untuk mengenal sepupuku sendiri dan mum pasti senang juga kalau aku bisa akrab dengan Jess, karna ibu Jess bibi Nelly hanya satu-satunya saudari mum. Aku memutuskan untuk menelepon mum, mau bertanya tentang Jessica, agar ketika kami bertemu Minggu ini aku tidak kehabisan bahan pembicaraan dengan Jess.
"Hai,ini dengan Merry,maaf saya tidak bisa menerima telepon Anda saat ini,silakan tinggalkan pesan setelah nada berikut." Mum tidak mengangkat selularnya, mungkin sedang ada acara. Mum tinggal sendiri di rumah peninggalan almarhum dad di kota lain, aku mengajaknya tinggal bersamaku tapi dia menolak, katanya dia punya banyak kenalan dan kegiatan di sana, kalau dia ikut denganku, dia akan kesepian di sini, aku tidak mau memaksanya karna aku sadar kata-kata mum benar. Karna kesibukanku aku hanya bisa pulang setahun sekali dan mum kadang datang menjengukku.
"Hai mum,ini aku Jen,apa kabarmu?aku meneleponmu mau bilang kalo aku akan bertemu Jess Minggu ini,iyaa bener Jess anak bibi Nelly.Jess pindah tinggal di sini jadi dia ajakin ketemuan,telepon aku kembali kalo uda sempat ya.I love you mum,muachhhh." Aku sibuk sepanjang sore itu sampai pulang sehingga tidak sempat mengecek selularku.
Malam itu aku berbaring di tempat tidurku dengan tidak tenang, mum tidak menelepon kembali, aku sudah mencoba menelepon lagi beberapa kali tapi tetap tidak diangkat, mengirim beberapa pesan pendek tapi tidak dibaca sampai sekarang. "Apakah mum sakit parah sampai ga bisa mengangkat telpon? tapi beberapa hari lalu mum masih ceria pas aku meneleponnya,apa yang terjadi?" aku bertanya-tanya dengan khawatir. Aku mengirim pesan singkat lagi, menunggu balasan mum, tapi tetap belum dibaca oleh mum. Aku mengetuk-ngetuk layar selularku lagi tanpa sadar, "Mungkin mum lagi ada acara di rumah temannya dan selularnya ketinggalan, aku harus tenang, jangan panik dulu, besok aku akan menelepon lagi dan kalo mum ga angkat lagi, aku akan menelpon polisi untuk mengecek mum." sambil berpikir begitu aku berusaha memejamkan mataku.