Broken Angel

Liliyanti
Chapter #4

Sesuatu yang disembunyikan

Aku memasang earphone di telingaku, membiarkan senorita-nya Shawn Mendes dan Camila Cabello memenuhi gendang telingaku. Aku menguap lebar dan cepat menutup mulutku dengan tangan ketika aku melihat seorang pria tampan yang duduk di kursi di depanku. Umurnya paling berkisar 30-an menurutku, jangkung dengan rambut sedikit berantakan tapi bukan amburadul. Matanya abu-abu gelap ( Tadi kami sempat bertatapan sesaat), dengan kulit coklat eksotis yang membuatnya kelihatan errr hot.

Aku berusaha mengintip judul novel yang sedang dibacanya, tapi sayangnya tidak kelihatan. Aku selalu tertarik dengan pria yang suka membaca. Pasti tipe yang membosankan kata Liz, menurutku justru tidak karna mereka pasti punya banyak bahan pembicaraan. Bukannya banyak hal dan cerita yang bisa didapat dari bacaan-bacaan itu?

Selularku bergetar oleh notif pesan singkat dari mum yang bertanya di mana posisiku sekarang, mengkhawatirkanku yang menempuh perjalanan jauh sendiri. Sepertinya mum lupa aku sudah berusia 27 tahun bukan 17 tahun lagi, tapi mengingat semua kejadian yang hampir merenggut nyawaku saat aku masih kecil, aku bisa memahami kekhawatiran mum sekarang.

"Kasihan sekali mum,untungnya jantung mum kuat hadapi berbagai kecelakaanku dulu," Aku menghela nafas membayangkan betapa panik dan takutnya mum saat itu. Mum merawat dan membesarkanku seorang diri dan tidak menikah lagi, sungguh suatu perjuangan yang berat.

Satu pemberhentian lagi aku akan turun, aku merasa perutku mulai terasa keroncongan. Aku memutuskan akan membeli sandwich di stasiun ketika pindah kereta. Ketika kereta berhenti di center city, kulihat pria buku tadi juga berdiri, dia tersenyum sekilas kepadaku dan aku membalasnya sebelum turun dari kereta.

Pagi itu Center city sangat ramai, orang-orang turun dan naik kereta berangkat menuju tujuan masing-masing. Aku bergegas naik tangga untuk pindah stasiun, tapi sebelumnya aku singgah ke deli shop untuk membeli sandwich, perjalanan masih panjang dan aku tidak mau pingsan di kereta karna kelaparan.

Aku baru hendak mengambil sandwich tuna ketika melihat mereka punya smoke salmon sushi roll yang tampak menggoda. Aku beralih mengambil sekotak sushi. Aku mengecek jadwal keretaku yang baru akan tiba 15 menit lagi, jadi aku memutuskan makan sushi-ku di meja depan deli shop itu.

Aku sudah hampir tertidur ketika selularku berbunyi, kereta yang bergoyang dan suasana kereta yang tenang membuatku mengantuk. Nama Jess tampak berkedip-kedip di layar. Rasanya sudah sangat lama sejak aku bertemu Jess, padahal itu baru beberapa hari yang lalu, pertemuan yang membuka kembali memori masa kecilku yang terlupakan.

"Haii Jen darling,lagi sibuk ga?kebetulan janji temuku dengan klien agak sore,jadi aku mau ajak kamu lunch bareng,sorry kemarin aku minum kebanyakan jadi aku yahhh ngomong ga karuan," Suara Jess terdengar penuh penyesalan.

"Oh hai Jess,ga apa-apa koq,tapi aku lagi dalam perjalanan ke tempat nenek-ku,mum ada di sana juga nengokin grandma lagi sakit.Ntar kalo aku uda pulang kita lunch bareng ya." Jess pasti akan terkejut sekali mendengar kejadian yang terjadi padaku setelah kami berpamitan Minggu lalu.

"Ohhh okey Jen,salam ya buat Bibi Merry,get well soon juga buat grandma-mu.Stay safe darling,c u soon." Jess menutup teleponnya bertepatan dengan berhentinya kereta.

Aku pindah kereta lagi, hanya ada 3 orang di gerbongku, keretanya juga lebih kecil dan kelihatan sudah tua. Sudah pukul 12 lewat, dan aku masih jauh dari kota tempat tinggal grandma, kurasa aku akan sampai saat sore hari. Kereta belum jalan, masih menunggu penumpang. Aku bersandar dan melihat keluar jendela, hanya ada beberapa orang di stasiun. Aku membayangkan suasana malam yang pasti sepi sekali, bulu kudukku langsung merinding teringat malam gelap dan cengkeraman kuat di leherku. Aku bertekad akan berangkat pagi-pagi dari rumah grandma saat pulang nanti.

Bus 124 telat hampir 20 menit. Mum sudah meneleponku lagi, mengecek posisiku dengan kalut, khawatir aku akan malam baru sampai tempat grandma. Aku sebenarnya juga takut, malam-malam berada di tempat asing sendiri, trauma malam itu masih terasa olehku, tapi aku menenangkan mum,

"Kurasa ga bakal terlalu malam koq mum,lagian aku juga uda terbiasa pulang malam sendiri.Ahh itu bis nya uda tiba,aku naik dulu ya,bye mum." Aku mengambil kursi agak di belakang, mengatur posisi nyaman dan siap untuk tidur sejenak, kepalaku agak sakit mungkin karna kurang tidur beberapa hari ini.

Perjalanan kali ini tidak terasa, aku tidur sepanjang perjalanan hampir 2 jam, terbangun sebentar karna tangisan anak kecil yang duduk di kursi depan. Sesaat kemudian anak itu diam, sepertinya sudah dikasi susu oleh ibunya, aku pun langsung terlelap lagi. Aku terbangun ketika merasakan bus berhenti, aku berdiri menggendong ranselku dan antri turun dari bus, untuk kemudian naik bus terakhir.

Langit sudah mulai gelap dan cuaca mulai terasa dingin, aku mengeluarkan jaketku dari ransel dan memakainya. Hanya ada 1 lampu di terminal bus, sehingga suasana agak remang-remang. Hanya ada 9 orang yang menunggu bus. Tiba-tiba selularku berbunyi, aku terkejut karna terdengar keras di situasi yang sepi begini. Aku mengangguk minta maaf kepada penumpang lain.

"Hai mum,aku uda lagi nunggu bus.Kalo sesuai jadwal,5 menit lagi tiba." Aku berjalan agak menjauh dari yang lain, tidak enak rasanya mengobrol sementara kamu tau yang lain bisa mendengar jelas apa yang kamu katakan.

"Syukurlah Jen,ntar sopir akan jemput kamu di terminal ya.Uda malam,susah dapat taxi jam segini,di sini bukan kota besar.Hati-hati ya sayang." Mum terdengar lega ketika mendengar suara bus yang berderu tiba tepat waktu.

Bus-nya kecil,tua dan tak terawat. Warna cat sudah terkelupas dengan jok kursi yang sudah robek, bahkan ada yang sudah lepas. 2 orang penumpang wanita berbicara dengan suara berbisik di belakang, sepertinya kakak beradik, wajah mereka agak mirip. Aku duduk di depan, di kursi seberang ada seorang kakek tua dengan cucu laki-laki remajanya. Di belakangku duduk sepasang kekasih dan ada 2 orang pria lagi yang merupakan rekan bisnis, tadi aku sempat mendengar mereka memperkenalkan diri kepada sepasang kekasih itu. Hanya aku satu-satunya yang sendiri di bus ini.

Kami melewati jalan kecil dengan pepohonan yang lebat di kiri kanan, jarak lampu jalanan yang agak berjauhan sehingga jalan kelihatan agak gelap. Aku menggigil entah karna dingin atau karna takut. Aku menggosok-gosokkan telapak tanganku sampai hangat dan kutempelkan ke wajahku, membiarkan rasa hangatnya menjalari tubuhku. Kulihat anak remaja itu memperhatikanku lalu mengikuti caraku, jadi memang heater di bus ini sudah ga berfungsi dengan baik. Aku tersenyum padanya dan dia balas tersenyum malu-malu.

"Nona Jennifer?perkenalkan saya David,saya datang untuk menjemput Anda." Aku sangat bersyukur mum meminta sopir menjemputku, kulihat tidak ada taxi dan angkutan lainnya. Penumpang lain juga dijemput dan ke 2 kakak beradik tadi menyetir mobil sendiri yang di parkirkan di parkiran terminal.

Kami melewati gerbang besi berukir emas yang indah, di pos satpam ada 2 orang satpam mengangguk kepada David, lalu masuk ke halaman dengan pohon-pohon Tanjung yang rindang berjejer di kiri kanan. Mobil berhenti di depan sebuah rumah yang wowww megah. Aku terbelalak tidak menyangka kalau ayahku dari keluarga hmmm berada.

Mum sepertinya menunggu di dekat pintu dari tadi, baru aza aku turun dari mobil pintu rumah sudah terbuka dan mum menghambur keluar dengan wajah berseri-seri. Aku memeluk mum erat, "Aku kangen sekali padamu mum."

Mum mengantarku ke kamarku di lantai 2. Kamar yang luas dengan ranjang besar. Jendela kaca yang besar menghadap ke taman belakang. Mum menarik tirai abu-abu tebal menutupi jendela. Mum menyuruhku mandi dulu, setelah itu baru makan. Kamar mandinya seperti yang di hotel, tapi ini lebih luas dengan kaca dan jacuzzi yang besar. Tapi aku tidak punya waktu untuk jacuzzi sekarang, perutku sudah terasa keroncongan, mungkin besok aza pikirku sambil masuk ke shower.

Aku duduk dengan canggung di kursi tinggi yang mengelilingi meja granit panjang di ruang makan. Mungkin grandma sering mengadakan perjamuan pikirku. Di meja tertata rapi soup panas, daging ham, ayam lemon, udang garlic, dan beberapa macam buah-buahan. Aku melirik mum yang tersenyum padaku.

"Nancy asisten rumah tangga yang nyiapin semua Jen,grandma berpesan agar kamu makan yang banyak setelah menempuh perjalanan seharian.Ayo dimakan sayang,kamu pasti uda lapar banget,ini uda larut malam," kata mum sambil menyendok ayam dan udang ke piringku.

"Uda cukup mum,aku ga mampu makan sebanyak itu juga.Oya gimana keadaan grandma?" Sudah lama aku tidak makan seenak ini, pikirku sambil menggigit ayam lemon.

"Terus terang ga begitu bagus,ginjal grandma uda ga berfungsi baik,jadi harus rutin cuci darah,liver juga infeksi sehingga perut grandma agak membesar.Dokter hanya meresepkan obat,karna untuk operasi uda ga mungkin mengingat usia grandma uda 80 tahun,grandma juga menolak operasi," kata mum sambil menghela nafas.

"Grandma pasti bisa melaluinya mum,aku yakin itu dan aku bersyukur aku datang ke sini,aku uda lama sekali ga ketemu grandma," Aku mengenggam tangan mum, memberi semangat kepada mum.

Lihat selengkapnya