Broken Angel

Liliyanti
Chapter #5

Berhenti dan Pulang

Aku memejamkan mataku, menyandarkan kepalaku ke bantalan handuk, merasakan air hangat di jacuzzi membasuh seluruh tubuhku. Aku membayangkan andaikata saat ini ada lilin aromaterapi dan bubble bath, mungkin bisa membantu meredakan sakit di seluruh tubuh dan kepalaku.

Aku terbangun jam 6 pagi tadi, kurasa aku hanya tidur 2 jam tapi otakku terlalu penuh untuk bisa tidur lagi, jadi aku memutuskan untuk berendam aza. Sambil memejamkan mataku aku berpikir apa yang akan kulakukan selanjutnya, bertanya kepada mum rasanya percuma. Mum merahasiakan sesuatu dariku, apa maksud percakapan mum semalam? Akan terjadi apa 3 bulan lagi? ( jadi bulan September hitungku) Siapakah orang yang diajak mum berbicara semalam?

"Wahh aku harus beli eye mask deh ntar,mataku bahkan lebih itam daripada Panda.Orang-orang akan mengira umurku 40 bukannya 27!" Aku membubuhkan concelear tebal-tebal di kantong mataku yang hitam karna kurang tidur.

"Aku harus mencari tau siapa aza yang tinggal di rumah ini,dan adik dad ada di mana sekarang.Kenapa ya mum ga pernah cerita tentang dia padaku?" Pikirku sambil menguncir rambutku jadi ekor kuda.

Aku turun ke lantai bawah, hatiku agak kecut membayangkan bertemu dengan mum. Aku harus berpura-pura tidak tau kejadian semalam, rasanya pasti canggung sekali seolah-olah kamu mengetahui kalau ibumu ternyata adalah seorang agen rahasia dan bukan ibu rumah tangga biasa.

"Mrs Merry Smith hmmm cocok juga jadi nama mum,kurang Mr.Smith-nya aza.Atau jangan-jangan ada yaa tapi selama ini mum merahasiakannya aza dariku." Aku jadi merasa bersalah berpikir buruk tentang mum seperti itu.

Seorang gadis muda menyambutku ketika aku berjalan ke ruang makan. Pipi chubby-nya kemerahan dan dia berseri-seri mengantarku ke meja makan. Ada bubur,berbagai macam roti dan kue, dilengkapi dengan susu,coklat dan kopi tersaji di meja. Tapi aku tidak berselera makan sama sekali, jadi aku hanya mengambil sebuah roti dan mengolesinya dengan selai strawberry.

"Hai,namaku Jennifer,maaf namamu siapa?aku baru melihatmu hari ini,kopi aza,thanks." Gadis itu lalu menuangkan kopiku di cangkir berukir bunga yang cantik dan kelihatan antik.

"Aku Samantha,kemarin aku bertugas di dapur,hari ini giliranku mengurus meja makan.Bubur nona Jennifer?" Samantha hendak menyendok bubur ke mangkok tapi buru-buru kucegah.

"Panggil aku Jen,kopi aza lagi please.Oya apakah ibuku sudah turun sarapan?" Tanyaku kepadanya, kalau grandma selalu sarapan di kamarnya sendiri dengan menu yang dianjurkan oleh Dokter dan disiapin langsung oleh Sally-caregiver-nya.

"Nyonya Merry sepertinya belum bangun,kalau sudah biasa selalu langsung turun untuk sarapan,kata Nyonya Merry dia ada penyakit maag makanya tidak pernah melewatkan sarapan." Samantha menuangkan kopiku lagi dengan kening berkerut. ( Pasti karna ini sudah cangkir kopi ke 3-ku)

Aku tidak heran kalau mum belum bangun, mengingat petualangannya tadi subuh. Aku juga yakin dua orang yang bertemu di taman kemarin itu mum dan wanita yang semalam dia temui lagi. Aku menimbang-nimbang sebentar dan kemudian bertanya dengan nada santai kepada Samantha.

"Samantha,uda berapa lama kerja dengan grandma?sepertinya kamu masih muda sekali." Aku menghirup kopi-ku, berharap kafeinnya bisa menyegarkan kepalaku.

"Baru setaunan Jen,sebelumnya aku kerja di toko baju,tapi kebetulan tetanggaku yang kerja di sini melahirkan, jadi dia menawariku menggantikannya.Aku setuju karna gajinya tinggi dan Nyonya Molly baik walaupun tidak banyak bicara." Samantha hendak menuangkan kopi lagi, tapi aku buru-buru mencegahnya.

"Air putih aza Sam.Grandma apa sering bikin acara?melihat meja makannya besar sekali." Ujarku sambil melirik meja panjang dan kursi tingginya yang berjumlah 20 buah, seperti di restoran keluarga aza.

"Tidak pernah Nyonya mengadakan acara,yang rutin datang berkunjung hanya Dokter Henry, Suster Ruth dan Tuan Arnold yang mengurusi keuangan Nyonya," tutur Samantha.

"Hmmm,ada berapa orang yang tinggal di rumah ini Sam?rumah ini besar sekali sampai belakang ya,tapi kulihat di belakang model asalnya masih di pertahankan,apakah ada yang tinggal di situ?" kejarku begitu menyadari Samantha sangat senang diajak ngobrol.

"Nyonya dan Sally,Eliza-yang mengurusi urusan rumah dan kami ber-7 yang membantunya.David pulang ke rumahnya tiap malam,ada 4 orang satpam yang bergantian berjaga selama 24 jam,tapi mereka juga pulang.Di bangunan lama itu kamar kami berada Jen,dan hanya ada gudang dan kamar-kamar kosong." Samantha menjelaskan dengan semangat.

Aku memutar otakku, jelas-jelas masih ada seorang wanita lagi di kamar belakang. Walaupun letaknya agak tersembunyi di belakang rak tapi pasti kelihatan kalau bersihin ruangan itu. Dengan jumlah asisten sebanyak ini pasti seluruh rumah rutin di bersihkan.

"Lagipula dia perlu makan toh,dan ga mungkin dia di kamar selamanya.Jadi masa Samantha ga pernah melihat dia?apakah dia berbohong?hmmm..Sam,siapa yang bertugas bersihin rumah?apakah bergiliran?"

Aku bertanya dengan nada ringan, aku tidak mau membuat dia curiga bahwa aku sedang menyelidiki sesuatu. Samantha sedang membereskan peralatan makanku. Aku sebenarnya agak canggung dilayani seperti ini, aku jadi merasa seperti bangsawan, kaum jetset atau selebriti aza.

"Kami bergantian membersihkan & merapikan rumah.Kecuali chef Louise,dia khusus hanya bagian memasak,Eliza yang mengatur semuanya.Dia orangnya tangkas dan baik tapi aku agak takut padanya." Samantha mengecilkan volume suaranya.

Aku melirik ke arah pintu, rasanya aku tadi melihat sekilas bayangan orang. Tapi tidak ada siapa-siapa sekarang, aku berdiri dan berjalan ke arah pintu ruang makan yang terhubung ke ruang tengah. Samantha menaikkan alisnya heran, aku memberi tanda padanya agar diam.

Tapi tidak ada siapa-siapa di balik pintu, di ruangan tengah juga. Aku berjalan menghampiri jendela depan dan melihat keluar, di halaman tampak David sedang mengelap mobil sambil mengobrol dengan satpam. Aku melihat di kejauhan ada 3 orang asisten rumah tangga sedang mengurusi bunga di taman depan. Tampaknya tidak ada yang mencurigakan tapi aku yakin aku tidak salah melihat tadi.

Aku berbalik hendak berjalan kembali ke ruang makan dan berhenti tiba-tiba, aku baru menyadari guci antik jumbo di ruangan tengah. Dua guci itu berdiri dengan gagah mengapit lukisan besar pertambangan di tengahnya. Aku yakin baik guci maupun lukisan itu pasti mahal sekali, dinilai dari ukurannya yang jumbo dan keantikannya.

Aku berdiri di sebelah guci yang kanan, jika memepetkan tubuhku ke dinding, orang yang keluar dari ruang makan tidak akan bisa melihatku. Aku bodoh sekali kenapa tadi tidak teringat guci besar ini tapi langsung berjalan ke arah jendela, siapapun yang bersembunyi di balik guci pasti langsung naik ke loteng yang terletak di sebelah kanan tanpa terlihat olehku.

Aku mengamati lantai mencoba menemukan petunjuk, tapi lantainya bersih mengkilat. Aku menghela nafas kecewa dan mengalihkan perhatian ke lukisan pertambangan itu. Lukisannya hitam putih menggambarkan sebuah terowongan besar, ada orang-orang yang mendorong gerobak dan alat yang sepertinya di pakai untuk keperluan menambang.

Aku tidak pernah bisa mengerti keunikan lukisan. Mau lukisan Picasso,Da Vinci ataupun Van Gogh aku tetap tidak bisa menikmatinya. Kata Liz sepertinya kami harus transfusi darah seni ke tubuh kami dulu, baru kami bisa mengagumi keindahan karya pelukis-pelukis besar itu. Kami berdua tertawa cekikikan waktu kunjungan ke museum musim panas tahun lalu.

Ohh aku kangen Liz jadinya, dia adalah sahabat terbaikku. Aku pertama kali mengenal Liz saat kegiatan alam waktu kuliah dulu. Karna banyak sifat kami yang cocok, kami langsung akrab sejak itu. Liz langsung mengabariku begitu ada lowongan kerjaan di tempatnya bekerja, dan syukurlah aku diterima.

Tiba-tiba aku merasa merinding, dingin merayapi kakiku. Aku merasa seperti ada seseorang yang menatapku tajam. Dengan cepat aku berbalik, dan di tengah ruangan duduk grandma di atas kursi rodanya dan Sally yang berdiri di belakangnya. Aku terlalu asyik dengan pikiranku sehingga tidak menyadari kehadiran mereka. Grandma tersenyum lebar melihatku, aku segera menghampirinya.

"Selamat pagi grandma,sudah sarapan?maaf aku terlalu fokus dengan lukisannya," Aku memeluk dan mengecup pipi tua grandma, dan membalas senyum Sally.

"Sally uda suapin grandma tadi sayang,tertarik dengan lukisannya ya Jen?itu dulu dibeli oleh buyutmu,uda lama sekaliii umur lukisan ini." Kata grandma dengan berseri-seri memandang lukisannya.

Lihat selengkapnya