Aku menghabiskan malam itu mencari berita kebakaran tahun 1961 di kota tempat rumah grandma berada. Di kota yang tak terlalu besar itu, peristiwa kebakaran di tahun 1961 harusnya tidak begitu banyak, apalagi rumah yang begitu besar terbakar harusnya ada masuk berita di koran dan tv setempat.
Kendalanya saat itu belum ada internet, sehingga belum ada koran dan berita online. Pencarianku berakhir nihil, akhirnya aku memutuskan akan mengunjungi perpustakaan kota aza Minggu ini, mereka mungkin mempunyai arsip dan koran lama.
Liz akan menemani ibunya ke acara pernikahan keluarganya sehingga tidak bisa menemaniku Minggu ini. Lagipula dia berharap bisa ketemu dengan Jeremy di sana, jadi akhirnya aku pergi ke perpustakaan kota itu sendiri.
Panas matahari terik di bulan Juli menyapaku begitu aku turun dari bus, perpustakaan itu terletak beberapa blok dari terminal. Aku berjalan santai sambil melihat-lihat dari kaca toko, manekin-manekin yang di dandani dengan tank top, hotpants, sampai bikini. Sekarang sedang puncaknya musim panas, anak-anak sedang libur sekolah, pantai pasti ramai sekali pikirku.
Aku berhenti sebentar, rasanya aku melihat rekan kerjaku Cyntia di coffee shop pas tingkungan. Tapi yang membuatku berjalan mundur ( hendak memastikan sekali lagi ) bukan Cyntia, tapi pria yang duduk di depannya.
Cyntia duduk menghadap ke dalam, tapi aku yang berjalan dari tingkungan bisa melihatnya dari samping biarpun dia tidak bisa melihatku. Pria yang duduk di depannya menghadap ke arah kaca sehingga wajahnya bisa kulihat jelas. Untungnya mereka lagi berdiskusi serius sehingga dia tidak melihat keluar kaca.
Aku pernah bertemu dengan Jason--manajer Health Farma sekali, ketika dia ke kantor kami awal tahun ini membahas sesuatu dengan Christina. Aku masih ingat wajahnya yang tampan dengan senyum terkulumnya yang menarik. Dia berhasil membuat gadis-gadis di kantor kami naksir padanya.
Ketika memastikan itu benar Jason, aku berjalan dengan cepat pergi dari coffee shop itu. Feelingku mengatakan mereka tidak akan suka kalau tau aku melihat mereka.
" Apa hubungan Jason dengan Cyntia? tadi itu Jason mengusap lengan Cyntia, bukannya dia uda punya anak-istri?" aku berjalan sambil berpikir tentang mereka.
Aku yakin Christina tidak akan senang kalau tau soal ini. Di saat menjelang keputusan final perusahaan mana yang akan menjadi distributor tunggal produk baru kami, ada karyawan pergi minum kopi dengan manajer salah satu kandidat.
Aku tidak mungkin melaporkan Cyntia, lagipula keputusan final baru akan dirapatkan oleh direksi besok dan hasilnya juga belum pasti Health Farma yang akan terpilih.
Aku menaiki tangga menuju pintu depan perpustakaan kota, pilar-pilar tinggi dan kokoh menyanggah bangunan yang baru di pugar tahun lalu. Di depan perpustakaan ada taman kecil, tampak orang-orang sedang duduk-duduk santai di sana.
Hawa sejuk langsung menyerbu begitu aku memasuki pintu masuk, rasanya nyaman sekali. Aku mengisi form identitasku untuk membuat kartu keanggotaan dulu, dan langsung mengecek di komputer yang tersedia untuk mengecek arsip dan koran lama terletak di lantai berapa, aku tidak mau membuang waktu.
Lift membawaku ke lantai 4, rak-rak tinggi berderet di kiri-kanan dipenuhi berbagai macam buku. Aku mulai melakukan pencarianku. Semua majalah,koran,arsip-arsip lama tertata dengan rapi, aku menelusuri koran-koran tahun 1961.
Setengah jam kemudian aku membawa selusinan koran ke meja pojok, ada beberapa pengunjung yang sedang asyik membaca di meja itu juga. Aku mulai membuka dengan hati-hati lembaran koran yang sudah lama itu, tapi aku belum beruntung. Aku mencari lagi ke rak bagian lain, dan sekarang mengangkut selusinan lagi koran di tahun berikutnya.
Mataku sudah terasa lelah setelah hampir 2 jam menelusuri koran-koran lama itu, aku memutuskan untuk menyerah dan akan pulang aza. Sejam lagi perpustakaan juga akan tutup, Minggu mereka tutup jam 4 sore. Ketika meletakkan kembali koran-koran itu mataku terpaku pada judul sebuah majalah yang membahas gaya rumah semi classic era 60-an.
Aku menatap foto rumah grandma di majalah itu, di halaman berikutnya foto grandma yang tersenyum bangga duduk di gazebo taman dengan seorang anak laki-laki dan anak perempuannya. Wawancara dengan grandma ada di artikel bawahnya.
Rumah indah grandma terpilih sebagai contoh rumah semi classic yang masih mempertahankan sebagian model rumah zaman dulu, artikel itu juga membahas sebagian kecil tentang perusahaan grandpa dan keluarganya.
Thomas dan Walter mengembangkan perusahaan ayah mereka Tuan Dayton yang meninggal di tahun 1961 tidak lama setelah kebakaran yang menghanguskan sebagian rumah mereka.
Sepeninggal Ibu mereka Nyonya Theresia, renovasi rumah yang baru setengah jalan dilanjutkan oleh Molly--istri Thomas yang memanggil arsitek terbaik saat itu, untuk mendesain ulang model rumah classic dengan tetap mempertahankan model lama di bagian belakang rumah megah tersebut.
Aku melangkahi halaman yang menggambarkan interior rumah grandma, dan fokus ke foto-foto grandma dan kedua anaknya. Anak perempuan itu bergigi gingsul, mempermanis wajahnya ketika tersenyum. Dad juga tersenyum lebar di foto itu. Mereka berfoto di balkon, taman depan dan taman belakang. Tidak ada foto grandpa yang aku yakin tidak tertarik dengan wawancara seperti ini.
Saat ini hanya Tuan Thomas yang tinggal di rumah ini, bersama istrinya Molly dan kedua anak mereka, Robert (7 tahun) dan Chelsea (3 tahun), dibantu oleh asisten rumah tangga mereka yang berjumlah 10 orang.
Tuan Walter sudah pindah ke rumah lain yang sama megahnya bersama istrinya Henrietta dan putra tunggal mereka Arthur ( 5 tahun).
Aku menutup majalah terbitan tahun 1970 itu, tidak ada lagi pembahasan lain yang menarik untukku, selanjutnya hanya pembahasan tentang desain rumah megah itu. Ketika berjalan ke arah terminal bus, aku melewati coffee shop tadi lagi, tapi tidak terlihat lagi sosok Cyntia dan Jason.
Di dalam bus aku memikirkan tentang Chelsea-bibiku yang mirip sekali dengan grandma, entah apa penyebab dan berapa usianya saat meninggal. Sepertinya grandma sangat terpukul sehingga tidak pernah ada pembicaraan tentang Chelsea.
Dan sekarang aku tau nama wanita yang mengutukiku itu Henrietta, sayang tidak ada pembahasan lebih lanjut tentang keluarga Walter di artikel majalah itu, yang tidak mengherankan karna fokus utama majalah itu adalah rumah semi classic kebanggaan grandma itu.
" Walter dan Henrietta mungkin sudah meninggal saat ini, tapi di mana anak mereka Arthur? apakah Arthur tidak pernah berhubungan lagi dengan grandma?" aku bertanya-tanya dalam hati.