Aku memikirkan kata-kata bibi Chelsea sambil mengerutkan kening. Dendam apa yang harus diakhiri? Apakah dendam Henrietta kepada ayahku sehingga dia juga membenciku? Menilik ekspresi wajah dan kata-kata Henrietta padaku, aku bisa merasakan kebencian dalam hatinya.
" Maaf aku tau ini berat tapi kita harus melanjutkan karna kita harus menyusun langkah selanjutnya." detektif Susan yang berbicara sekarang.
" Kami tidak serta merta mempercayai keterangan Andrew, kami memakai lie detector padanya dan dia lulus. Kurasa nyonya Nelly tau selama di kota lama miss Jessica pernah kecanduan alkohol walaupun sudah di rehabilitasi dan di dalam penanganan dokter psikiater?" tanyanya kepada bibi Nelly.
Bibi Nelly mengangguk dengan berat hati, aku terkejut begitu pula mum, jadi bibi Nelly tidak pernah bercerita pada mum sudah separah itu kondisi mental Jess, tapi pada akhirnya semua itu sudah tidak penting lagi. Jess sudah tiada dan tidak akan pernah kembali lagi.
Rehabilitasi yang dijalani Jess berhasil menyembuhkan kecanduan alkoholnya, tapi menurut keterangan Andrew, Jess mulai sering minum lagi. Dengan sinis aku berpikir apakah dia tidak merasa dialah yang jadi penyebabnya.
Mereka sudah menghubungi dokter psikiater Jess juga, Jess pertama kali datang menemuinya saat di akhir masa kuliahnya. Tekanan dalam menyelesaikan skripsi dan pasca putusnya hubungan Jess dengan pacarnya saat itu membuatnya depresi, menganggap dirinya manusia tidak berguna dan tidak berarti.
Konsultasi rutin dan kedisiplinan Jess meminum obat, dan keberhasilannya menyelesaikan skripsi membantu penyembuhan Jess saat itu. Tapi setahun kemudian Jess kembali menemui dokter psikiaternya dengan gejala gelisah,susah tidur dan makan yang mengarah ke depresi, waktu itu dia baru putus lagi dengan pacar barunya.
" Setelah itu miss Jessica terus bolak balik menemui dokternya, setiap kali dia bermasalah dengan hubungan asmara, depresinya langsung kambuh. Bisa disimpulkan insecure yang dirasakan Jessica adalah rasa tidak dicintai dan tidak diingini, dia tidak mampu mengatasi trauma luka batin errr ditinggal ayahnya." pungkas detektif Susan.
" Ketika bermasalah dengan Andrew selama di sini, depresinya mulai kambuh sehingga dia melarikan diri ke alkohol lagi. Kali ini Miss Jessica belum sempat mencari pertolongan seperti sebelumnya." urai detektif Susan.
" Benar anak itu memang tidak pernah sembuh dari luka batinnya, tapi dia juga selalu berjuang selama ini, makanya dia melakukan rehabilitasi dan pengobatan ke psikiater. Dengan semangat sebesar itu bagaimana mungkin dia mengakhiri hidupnya sendiri?" potong bibi Nelly.
" Hubungannya dengan Andrew benar-benar toxic, miss Jessica sebagai korban di sini mengalami kekerasan psikis dan fisik selama ini. Bagi seseorang yang mentalnya sudah rapuh, semua kekerasan itu sangat berdampak pada kondisi psikologisnya, hanya butuh pemicu untuk meruntuhkan semua pertahanannya." kali ini detektif Kenneth yang menjelaskan.
" Andrew tidak mendorong Jessica malam itu, tapi dialah penyebab, pemicu Jessica nekad dan gelap mata. Semua kekerasan yang dia lakukan kepada Jessica yang akan kami kejar, dia tidak akan lolos dari hukuman!" kata detektif Kenneth tegas.
Suara ketukan pintu menghentikan detektif Kenneth, seorang petugas masuk dan menyerahkan sebuah amplop kepada detektif Kenneth yang langsung membukanya. Dia melihatnya lalu memberikan kepada partnernya, setelah itu baru diserahkan ke Daniel.
" Ini yang kami tunggu dari kemarin, bukti cctv di apartemen Andrew dan Jessica. Pengacara Andrew juga pasti sudah mendapatkannya, ini yang akan menjadi bukti di persidangan nanti." detektif Kenneth berkata dengan nada prihatin.
Kami tidak diperlihatkan isi amplopnya, tapi aku bisa menduga pasti foto-foto yang diambil di apartemen saat Andrew dan Jess bertengkar dan saat peristiwa itu terjadi. Bukti kuat yang pasti akan meloloskan Andrew dari tuduhan pembunuhan.
" Okey, dengan bukti yang kuat seperti rekaman cctv ini, kita hanya bisa membidik kasus kekerasan sehingga menyebabkan kematian. Sebaiknya kalian kejar saksi-saksi yang pernah melihat atau mendengar saat terjadinya kekerasan." Daniel berkata sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke amplop tadi.
Daniel akan segera melimpahkan kasus ini ke pengadilan, mengejar waktu tahanan Andrew yang akan segera habis. Aku kembali ke kantor, sementara mum dan bibi Nelly pulang ke apartemen. Bibi Nelly diam seribu bahasa, hanya matanya yang menyorotkan kesedihan yang dalam.
Setiba di kantor, Liz melaporkan bahwa tadi Jason datang bersama Simon-- direktur Health Farma untuk membahas lebih lanjut kerjasama ini dengan Archie. Aku belum menceritakan kepada Liz tentang Cyntia dan Jason. Dia bertanya tentang hasil pertemuanku di kantor polisi tadi, begitu aku selesai menjabarkan hasil penyidikan polisi, Liz tampak terperangah.
" Liz, aku mau cerita ya, rasanya tidak masuk di akal tapi ini beneren terjadi, aku juga ga mengerti bagaimana dan mengapa bisa terjadi," kataku sambil menggeser kursiku dekat Liz.
Aku lalu bercerita tentang kejadian saat Jess terjatuh, dan bagaimana aku kembali ke sehari sebelumnya untuk mendorong Jess berbaikan kembali dengan ibunya. Tentang kecelakaan ( atau kesengajaan didorong? ), penglihatanku akan bibi Chelsea dan artikel di majalah juga kuceritakan, Liz mendengarkan dengan mata terbelalak, dan meneguk air mineralnya begitu aku selesai.
" Kamu yakin itu semua bukan mimpi Jen? kamu ga mengalami gangguan apa kan? halusinasi atau al-alkohol misalnya?" Liz bertanya kepadaku dengan ekspresi khawatir.
Aku tertawa melihat ekspresinya. Dia memijat-mijat kepalanya dan memegang dahinya, masih sulit mencerna ceritaku barusan. Liz kemudian berdiri dan berjalan mondar mandir sambil terus menggelengkan kepalanya.
" Kalo ini bukan kamu Jen, aku pasti ga akan percaya. Bagaimana kamu bisa terus hidup seolah-olah ga ada yang aneh dengan hidupmu Jen? lama-lama kamu bisa kehilangan akal sehatmu kalo begini terus." Liz berkata sambil kembali duduk di kursinya.
" Kamu melewati banyak bahaya saat kecil, tapi berhasil survive. Ayah dan bibi-mu meninggal di usia muda. Terus tiba-tiba kamu mengalami banyak kejadian aneh dan diluar akal sehat, bahkan cakaran dari makhluk entah apa itu Jen," Liz bergidik mengingat kembali bekas cakaran di betisku.
" Apa menurutmu semuanya itu berhubungan Liz? kematian ayah dan bibi-ku dengan kejadian saat aku kecil, dan semua penglihatanku itu saling berkaitan?" tanyaku ragu-ragu.
Liz yakin sekali bahwa semuanya saling berkaitan, dan semuanya bersumber dari zaman kakek buyutku. Dia yakin ada sesuatu yang terjadi dulu sekali dan menyebabkan dendam dan kebencian terhadap keluarga kami.
" Saranku Jen, kamu harus jujur dengan ibumu, ceritakanlah semua dan tanyakan padanya rahasia apa yang disembunyikannya darimu selama ini. Aku takut Jen, kamu uda mulai diincar bahaya lagi. Bagaimana kalau kali ini kamu tidak seberuntung dulu?" Liz tampak ketakutan sekarang.
Suara notif pesan terdengar dari selular Liz, dia meraih dan membuka pesan dari sepupunya Jeremy,