BROKEN BUTTERFLY; Beyond the Night That Differs Love and Lust

iswana suhendar
Chapter #11

Chapter 10. PIERCED

Tes hari Senin lalu berjalan lancar. Setidaknya aku yakin lulus walau beberapa soal sengaja tak kujawab karena memang aku tak tahu bagaimana harus menjawabnya. Aargh! Menyebalkan! Seandainya aku lebih serius belajar untuk tes itu. Tapi ini pun sudah kuperhitungkan sebelumnya, makanya aku bisa bilang kalau tesnya berjalan lancar.

Lain halnya dengan Weena. Sebagai ketua kelas yang mendapat tugas membagikan hasil tes kemarin, melihatku mendapat nilai pas-pasan seperti itu cukup memberinya alasan untuk mengomeliku seharian. Aku tak bisa lagi lari darinya, sekarang ini aku berada di bawah pengawasan penuh ketua kelas Weena Shurelion, bahkan untuk izin ke toilet pun aku harus melapor padanya. Dan aku pun tidak mempermasalahkannya, bagiku yang sering ditinggal sendirian di rumah berbulan-bulan hingga bertahun-tahun oleh orang tuaku, kehadirannya sudah seperti saudaraku sendiri, mungkin seperti kakak yang cerewet tapi di saat yang lain bisa jadi adik yang sangat merepotkan.

Aku kembali menghabiskan waktu istirahatku bersamanya di tempat rahasia kami. Dia benar-benar memperketat pengawasannya padaku dan mulai mengikutiku kemana pun aku pergi selama di sekolah, sepertinya dia tak ingin kecolongan lagi seperti hari Sabtu kemarin. Dan ini pun didudukung oleh fakta bahwa Alice tidak datang ke sekolah sejak hari Senin, kalau dihitung dengan hari ini sudah hampir seminggu dia tidak masuk.

Ini juga bagian dari rencanaku. Atau ya, tidak sepenuhnya bagian dari rencanaku. Hari Minggu kemarin aku memang memintanya menyelidiki beberapa nama, mereka korban dari pembunuhan berantai ini dan bersekolah di 3 sekolah yang berbeda. Aku tahu ini pekerjaan yang sulit dan merepotkan tapi aku sangat membutuhkan data para korban itu, diantara mereka bertiga pasti ada kesamaan yang menjadi benang merah kasus ini. Dan aku tak mungkin menyelidikinya sendirian.

Tapi dia malah menghilang sejak hari Senin dan hanya mengirimkan pesan kalau dia sedang melakukan penyelidikan. Aku tak tahu apa yang dia lakukan untuk mengumpulkan data, tapi dia terkesan serius sekali dalam melakukannya, dia bahkan mengirimi laporan harian setiap malam dan kadang di siang hari seperti ini menelponku.

BZZZZT BZZZZT BZZZZZT BZZZZZZT

               Baru aja dibahas..

“Telpon dari siapa? Kok ga diangkat?” Weena bertanya tanpa melepaskan pandangannya dari layar laptop.

Aku hanya memandangi layar smartphone-ku dengan nomor yang seenaknya dia simpan disana.

Dan telepon itu tak pernah kuangkat. Sebuah pesan masuk dari nomor yang baru saja berusaha menghubungiku.

Asisten : Kamu kok ga angkat telponku sih?! Ga kangen apa sama aku~?

Aku tidak merasa perlu menjawab panggilan telepon itu. Aku tahu apa yang sedang dia kerjakan, dan aku merasa dia cukup kompeten untuk melakukannya, selain karena hal darurat yang mana dia bisa mengirimkan pesan teks kurasa tak ada alasan bagiku untuk berbicara dengannya. Terutama di jam sekolah seperti ini. Kalau pun mau dia bisa saja menghubungiku setelah aku sampai di rumah, tapi tak pernah dia lakukan.

Dengan kepribadiannya yang seperti itu teman-teman sekelasnya pun nampak tidak meributkan absennya Alice beberapa hari terakhir. Aku pun bisa menikmati kembalil hari-hariku seperti sebelumnya.

Dan aku sadar bahwa kesimpulan yang kuambil selain terlalu dini juga ternyata kurang realistis.

Hari kembali bertemu Sabtu, aku berangkat sekolah seperti biasa. Bertemu dengan Weena di bus dan mengobrol seperti biasa, perjalanan ke sekolah yang biasa.

Dan sampai di kelasku aku menemui hal yang tidak biasa. Teman-temanku sedang berkerumun di mejaku entah sedang meributkan apa. Kulihat ada Laptop yang sedang terbuka disana, laptop kepunyaan Benji, dan pemiliknya pun ada disana. Mereka sedang ribut menyaksikan apa yang ada di layar, sekumpulan foto? Dokumen? Entahlah, tapi yang kulihat Benji sangat terpukau olehnya. Dan di tengah kerumunan itu kudengar suara itu, suara gadis itu.

“Yak, ini semua catatan penyelidikanku seminggu ini.. Cape sih, mana harus sembunyi-sembunyi biar ga ketahuan guru atau staff lainnya.. Tapi menyusup ke sekolah lainnya seru loh! Sekali-sekali kalian harus coba..”

“Waaahhh!!!” Kerumunan itu berdecak kagum.

“Engga deh, kayaknya soal itu cuma kamu doang yang bisa!” Benji terlihat sangat terkesan dengan paparan Alice, “Eh, Juno! Kamu harus lihat ini!”

Lihat selengkapnya