“Kau lagi..”
Alice menatap sinis pada wanita itu, pandangannya mengisyaratkan mereka pernah bertemu sebelumnya.
“Kebetulan aku baru saja selesai membaca Black Cat yang kemarin kuceritakan, bagaimana? Kamu mau mendengar lanjutan ceritanya, gadis lust?
Sangat jelas Alice tak menyukai kehadiran wanita itu, tapi wanita itu sama sekali tak terganggu dengannya.
“Hei, bocah! Apa yang kubilang soal melakukan hal bodoh, hah?”
Nada bicaranya terdengar marah tapi raut wajahnya terlihat senang. Aku tak mengerti apa yang dipikirkan wanita ini.
“Jangan ganggu Juno!”
“Eit!” dia mengacungkan revolvernya pada Alice, “Tentu aku tak akan mengganggu mangsamu yang berharga ini, urusanku disini hanya denganmu saja.”
“Cih!”
Alice mengangkat kedua tangannya pertanda menyerah, wanita misterius itu menghampirinya tanpa mengurangi sedikit pun kewaspadaannya. Langkahnya terlihat begitu percaya diri, revolvernya masih dia arahkan ke kepala Alice, tak ingin kehilangan mangsanya.
Tidak, rasanya ada yang salah. Terlalu mudah.
Kuperhatikan pergelangan tangan Alice yang selalu penuh dengan gelang kini kosong tanpa sehelai benang pun. Tunggu!
“Awas! Gelangnya!”
Dengan gestur tangan sederhana selagi kedua tangannya masih dia angkat, Alice mengikat tangan kanan wanita itu dengan tali yang dia kendalikan. Wanita misterius itu tak menyadari arah datangnya tali yang gerakannya nyaris tak tertanggkap mata, tangan kanan yang memegang revolver itu kena telak dan berada dalam jeratannya.
DOR!
Satu tembakan dilepaskannya, tapi karena ikatan di tangannya tembakan itu meleset dari targetnya.
Alice sudah tak ada lagi di tempatnya semula. Dengan kecepatan dan kelenturan tubuhnya dia sudah ada dihadapan wanita misterius, menggunakan perbedaan tinggi badan antara keduanya Alice masuk ke dalam jangkauan pertahanan wanita itu tanpa kesulitan. Pertama dia lumpuhkan persendian tangan yang digunakan wanita itu untuk menggenggam revolvernya, setelah tangan itu tertekuk dia ikat tangan itu sehingga sikunya terkunci dengan revolver itu menghadap ke belakang.
Dari langkah yang dia gunakan untuk masuk ke titik mati wanita itu, melumpuhkan siku sampai menguncinya. Semua itu dilakukan Alice dengan timing dan respon yang sempurna, seolah dia memang sudah terbiasa dalam pertarungan jarak dekat.
Wanita misterius melentingkan tubuhnya bersiap melesatkan tendangan. Mengetahui tangan kanannya tak bisa digunakan, revolvernya masih dia genggam di tangan kanannya itu. Dan dengan kecepatan yang tak terduga sebuah tendangan mendarat telak di perut Alice. Wanita itu hanya bergeser sedikit dari posisinya semula untuk memungkinkan dirinya melayangkan tendangan itu, dan kini revolvernya sudah berpindah tangan ke tangan kirinya.
Tendangan dan perpindahan tangan itu dia lakukan dalam satu gerakan yang sama. Saat dia memutar tubuhnya untuk tendangan dia lepaskan revolver di tangan kanannya dan saat tendangan di lepaskan tangan kirinya langsung menangkap revolver itu dibalik punggungnya.